Bagi pelaku bisnis, terutama pebisnis pemula, terkadang kesulitan menentukan Brand yang tepat untuk bisnisnya. Padahal, brand itu sendiri merupakan wajah dari bisnis tersebut yang hendak ditampilkan kepada calon pelanggan. Pebisnis pemula menentukan brand dengan ala kadarnya saja, yang penting jadi. Nah, tentu saja, brand tidak bisa dibuat dengan asal-asalan kalau bisnis anda ingin berkembang dengan pesat. Harus ada strategi yang tepat untuk branding bisnis / produk anda. Lalu, seperti apa strategi yang tepat untuk memilih brand sesuai dengan bisnis / produk anda? Simak tipsnya berikut ini:
1. BRAND adalah MEREK yang telah menjalin ikatan EMOSI dengan konsumennya.
Kalau sebuah MEREK sudah punya pelanggan maka dia jadi BRAND. Ilmu Selling menghasilkan pembeli. Ilmu Branding menghasilkan pelanggan
Misalnya saya bikin PRODUK. Produk saya memberi manfaat yg bisa dirasakan secara fisik. Lalu saya kasih MEREK sebagai nama produk. Saya buatin LOGO sebagai tanda atas manfaat produknya. Jadi kalau konsumen melihat MEREK dan LOGO itu dia bisa yakin bakal dapat manfaat fisiknya.
Contoh : PRODUK saya ayam goreng tepung. Manfaatnya enak dan mengenyangkan. Saya kasih merek KENTUCKY. Saya buatin logo KFC. Jadi kalau calon pembeli melihat MEREK dan LOGO KFC maka dia akan yakin bakal mendapat ayam goreng tepung yg enak dan mengenyangkan.
Contoh lain : Gudeg Yu Djum itu gak punya MEREK dan LOGO. Seperti bayi baru lahir belum dikasih nama maka dikasih nama IBUNYA oleh perawat. Demikian juga dengan gudeg tanpa merek itu dikasih nama IBUNYA oleh konsumennya. Nama ibunya Yu Djum. Maka jadilah Gudeg Yu Djum. Karena gigitan pertamanya enak maka merek Yu Djum berproses menjadi BRAND.
Silahkan ganti produk, merek dan logo dengan anda punya. Kalau sudah, baru kita belajar membuatnya jadi BRAND.
2. Sebelum membuat produk kenali dulu kategorinya di pasar. Karena pasar sudah membentuk kategorinya.
Misalnya market category SKM. Susu Kental Manis. Market category awalnya adalah SUSU. Lalu ada yg melakukan inovasi menciptakan market category baru yakni SUSU KENTAL. Lalu ada yg melakukan inovasi menciptakan market category baru yakni SUSU KENTAL MANIS. Jadi SKM itu market category level 3 nelalui 2x inovasi kategori baru.
Misalnya: KFC masuk kategori pasar AYAM GORENG. KFC membuat innovasi menciptakan katègori baru AYAM GORENG TEPUNG. Karena KFC menjadi satu2nya di kategori baru itu maka pembeli dipaksa menjadi pelanggan. Maka KFC menjadi BRAND. Dan KFC pun menjadi market leader disitu.
3. Memilih market kategori diawali dengan memilih DNA produk anda.
Misalnya : ABON LELE. Mau masuk pasar ABON. Atau mau masuk pasar LELE? Abon yang terbuat dari LELE. Atau LELE dalam bentuk ABON? Kira-kira lebih besar pasar ABON atau pasar LELE? Apakah ABON itu MUST HAVE atau NICE TO HAVE? Apakah LELE itu MUST HAVE atau NICE TO HAVE? Kalau NICE TO HAVE harus diubah menjadi MUST HAVE. Ini baru mengolah manfaat produk anda.
Yang bikin laku adalah kemampuan anda mengubahnya dari NICE TO HAVE menjadi MUST HAVE. Abon itu termasuk makanan PPPK di rumah. Pertolongan pertama Pada Kelaparan hahaha. Harus ada di rumah jaga-jaga kalau kehabisan lauk. Lele itu protein hewani paling tinggi yang sesuai dengan kantong rakyat. Jadi Abon Lele seharusnya punya potensi membuka kategori baru dari abon (kategori pasar).
Sama seperti susu murni adalah kategori yang diberikan pasar. Disitu sudah ada pemain-pemain sebelumnya. Agar tidak jadi red ocean sebaiknya buat kategori baru. Mungkin warna dan rasa
Nasi itu MUST HAVE. Mie instan itu NICE TO HAVE. Saya merubah Indomie dari NICE TO HAVE menjadi MUST HAVE lewat makanan sahur dan buka.
Kopi itu MUST HAVE. Permen itu NICE TO HAVE. Saya mengubah Kopiko dari NICE TO HAVE menjadi MUST HAVE lewat permen gantinya ngopi.
The name of the game is POSITIONING via ADDED VALUE
Sumber Tulisan:
Master Branding Subiakto Priosoedarsono