Belakangan ini kita terus disuguhkan dengan iklan dan tawaran untuk berinvestasi di properti. Bahkan, salah satu pengembang besar tengah gencar-gencarnya beriklan dan berkampanye produk propertinya. Nyaris setiap malam iklan produk properti ini muncul di layar televisi dengan menghadirkan seorang pakar perencana keuangan. Tujuannya jelas memikat masyarakat untuk membeli properti produknya.
Dalam teori economic behaviour, dijelaskan bahwa seringkali manusia membeli sesuatu bukan atas pertimbangan rasional, melainkan atas dasar emosional semata. Teori inilah barangkali yang digunakan oleh para pengembang properti untuk terus memikat dan menggoda masyarakat membeli dan berinvestasi di properti dengan beragam kemasan iklan dan kampanye.
Mari kita berhenti sejenak. Menarik diri dari hiruk pikuk dunia. Mengasingkan pikiran dari runititas kesibukan pekerjaan dan bisnis yang seolah tiada habisnya. Kita coba membaca sejarah dan belajar dari lakon orang-orang terdahulu agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Kesalahan yang berujung pada kebinasaan di dunia dan penderitaan di akhirat.
Sejenak mari kita tengok sejarah bangsa ‘Ad yang dikisahkan dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran bagi kita. Bangsa ‘Ad adalah bangsa yang dianugerahi fisik yang kuat dan kecerdasan. Dengan modal itu bangsa ‘Ad membangun peradaban yang luar biasa. Bangsa ‘Ad dikenal dengan kemampuannya membangun gedung-gedung menjulang dan megah. Bahkan, bukit-bukit pun dipahatnya, diukir, dan dihias hingga menjadi istana yang megah.
Namun, gedung-gedung menjulang dan istana-istana megah itu sebenarnya tidaklah mereka butuhkan. Banyak dari gedung-gedung dan istana-istana megah itu kosong dan tidak ditempati. Bangsa ‘Ad membangunnya hanya untuk gaya hidup, gengsi, dan berlomba-lomba dalam kemegahan untuk menunjukkan kehebatan diri. Bila ada seorang warga yang membangun gedung atau istana yang megah, maka warga yang lain akan berlomba-lomba membangun gedung dan istana yang lebih megah lagi. Demikianlah karakter bangsa ‘Ad.
Karena itu, Nabi Hud ‘Alahissalam menyindir mereka, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an,
“Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati?” (QS. Asy-Syu’ara [26]: 128)
Rasanya sejarah bangsa ‘Ad tengah berulang di tengah masyarakat kita. Lihatlah berapa banyak orang berlomba-lomba memperbanyak properti, padahal tidak ditempatinya. Karena, sebenarnya mereka tidak membutuhkannya. Namun, dengan dalih investasi, hasrat dan nafsu diri pun terus diikutinya. Tidak peduli membelinya dengan cara halal atau riba. Tidak peduli butuh atau tidak butuh. Jika demikian, bukankah kita mesti khawatir keputusan Allah kepada kaum ‘Ad akan berlaku pula kepada masyarakat kita.
Investasi properti yang manfaatnya bisa dirasakan kaum dhuafa. Silakan Anda beli properti, lalu wakafkan untuk kemaslahatan umat. Bukan untuk memperkaya diri pribadi. Anak-anak Anda tak perlulah disiapkan rumahnya satu per satu. Biarkan saja nanti saat mereka dewasa berjuang sendiri. Itu lebih indah dan lebih menjaga izzah (kemuliaan) anak-anak Anda. Lagi pula, yakinlah bahwa Allah menjamin rezeki setiap manusia.
Kembali kepada gagasan membeli properti untuk wakaf atau kemaslahatan umat. Boleh saja Anda membeli properti, lalu cari kaum dhuafa dan jadikan properti Anda sebagai tempat tinggal mereka. Gratis. Bisa juga properti yang dibeli itu, disewakan, lalu hasil sewanya diwakafkan sepenuhnya untuk program pemberdayaan umat, semisal pembangunan pesantren dan madrasah, atau pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa.
Jika tidak mau diribetkan dengan pengelolaan asetnya, Anda bisa langsung mewakafkan aset properti tersebut kepada pengelola wakaf (Nazhir
) untuk dikelola bagi kemaslahatan umat.Dengan cara ini Anda sudah berinvestasi dengan benar. Karena, selama aset memberikan manfaat bagi umat, maka selama itu pula pahala kebaikan akan terus mengalir kepada Anda meski sudah meninggal dunia. Dan, kewajiban bagi Nazhir untuk menjaga aset wakaf Anda agar tidak susut nilainya dan terus memberikan manfaat bagi umat.
Bayangkan berapa banyak dan lamanya jangka waktu pahala kebaikan akan terus mengalir kepada Anda. Bukankah ini yang dibutuhkan sebenarnya?
Maka, lihatlah sudah berapa lama aset properti Anda nganggur dan mangkrak, tidak mengalirkan pahala kebaikan sama sekali untuk Anda. Kalaupun properti itu disewakan, sudahkah hasil sewanya diwakafkan sepenuhnya? Cerdaslah dalam berinvestasi di properti agar tidak menjadi sebab hisab yang berat dan sulit bagi Anda di akhirat.
Penulis: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie (Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan)
Bagaimana menyusun anggaran keuangan keluarga? Ini salah satu pertanyaan yang dicari dan terkadang tidak semua…
Ada hal terpenting yang bisa dilakukan untuk mengelola uang, yaitu dengan membuat anggaran keuangan pribadi.…
Agar menjadi investor / trader saham sukses, Anda harus mengerahkan upaya maksimal untuk mencapainya. Investor…
Tak banyak yang mengetahui tentang rahasia kebebasan finansial. Banyak orang beranggapan bahwa bebas secara finansial…
Apabila Anda ingin mengontrol pengeluaran dan mencapai tujuan finansial Anda, maka dibutuhkan anggaran keuangan. Bagaimana…
Ingin menjadi pengusaha sukses? Bisa jadi ini idaman bagi sebagian orang yang bercita-cita menjadi wirausaha.…