Rumus Return on Equity (ROE) dan Penjelasannya

0 1,013

Salah satu perhitungan yang perlu dipahami bagi investor, khususnya, adalah memahami dengan baik rumus Return on Equity (ROE) atau formula Pengembalian Ekuitas. Berikut penjelasan lengkap tentang rumus / formula Return on Equity (ROE).

Apa itu Return on Equity (ROE) atau Pengembalian Ekuitas?

Sebelum mengetahui tentang rumus Return on Equity (ROE), kita perlu memahami dengan baik definisi dari terminologi tersebut. Return on Equity adalah ukuran kinerja keuangan yang dihitung dengan cara membagi laba bersih (net income) dengan ekuitas pemegang saham.

Disebabkan karen ekuitas pemegang saham sama dengan aset perusahaan dikurangi hutangnya, maka ROE ini dapat dianggap sebagai pengembalian aset bersih (return on net asset).

Umumnya, ROE dianggap sebagai tolak ukur seberapa efektif manajemen perusahaaan menggunakan aset perusahaaan dalam rangka menghasilkan laba.

Rumus Return on Equity dan Cara Menghitungnya

Bagaimana sebenarnya cara menghitung Pengembalian Ekuitas tersebut? Sederhananya, ROE dinyatakan sebagai persentase dan berlaku bagi perusahaan manapun jika laba bersih dan ekuitasnya berada di angka positif.

Laba bersih dihitung sebelum dividen dibayarkan kepada para pemegang saham biasa (common stock) dan setelah dividen kepada para pemegang saham preferen (preferred stock), serta bunga kepada pemberi pinjaman. (Baca Juga: Saham Preferen Vs Saham Biasa)

Rumus Return on Equity (Pengembalian Ekuitas):

Laba Bersih / Ekuitas Rata-rata Pemegang Saham

Keterangan:

  • Laba Bersih (Net Income) = jumlah penghasilan, setelah dikurangi biaya dan pajak yang dihasilkan perusahaan pada periode tertentu.
  • Ekuitas Rata-Rata Pemegang Saham (Average Shareholders’ Equity) = dihitung dengan menambahkan ekuitas pada awal periode.

Laba bersih selama tahun fiskal penuh terakhir, atau 12 bulan terakhir, ditemukan pada laporan laba rugi, yakni sejumlah aktivitas keuangan selama periode itu. Ekuitas pemegang saham berasal dari neraca keuangan, yakni saldo berjalan dari seluruh historis perubahan dalam aset dan kewajiban perusahaan.

Cara terbaik untuk menghitung ROE berdasarkan rata-rata ekuitas selama periode tersebut. Ini karena adanya ketidaksesuaian antara kedua laporan keuangan ini. Pelajari lebih lanjut tentang cara menghitung ROE.

Apa yang Bisa Ditunjukkan ROE kepada Investor?

Pengembalian Ekuitas bisa dianggap baik atau buruk tergantung pada apa yang dianggap normal bagi para pemegang saham. Sebagai contoh, utilitas memiliki banyak utang dan aset di neraca keuangan dibandingkan dengan jumlah yang relatif kecil dari pendapatan bersih.

Pengembalian Ekuitas normal pada sektor utilitas bisa jadi 10% atau kurang. Perusahaan ritel atau teknologi dengan akun neraca yang jauh lebih kecil dibandingkan laba bersih dapat saja memiliki tingkat ROE normal di kisaran 18% atau lebih.

Secara praktis, aturan baik dalam penerapannya adalah menargetkan ROE yang sama dengan atau tepat di atas rata-rata bagi grup saham. Misalkan anggap saja sebuah perusahaan TechCo, yang berhasil mempertahankan ROE stabil sebesar 18% selama beberapa tahun terakhir dibandingkan perusahaan sejenis yang hanya 15%.

Investor akan menyimpulkan bahwa manajemen perusahaan TechCo berada di atas rata-rata dalam penggunaan aset untuk menghasilkan laba perusahaan.

Rasio Pengembalian Ekuitas yang relatif tinggi atau rendah bisa bervariasi dari satu grup industri atau sektor ke sektor lain. Perbandingannya akan jauh lebih bermakna apabila digunakan dalam mengevaluasi satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

Bagi investor yang ingin mendapatkan jalan pintas dalam analisis adalah dengan lebih mempertimbangkan perusahaan yang memiliki rasio ROE rata-rata (14%), dibandingkan rasio ROE yang kurang dari 10%.

Poin Penting Rumus Perhitungan Return on Equity (ROE)

  • Rumus return on equity merupakan cara untuk mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan dalam menggunakan aset perusahaan dalam rangka menghasilkan keuntungan.
  • Pengembalian Ekuitas yang baik atau buruk sangat bergantung pada apa yang dianggap normal bagi grup industri atau perusahaan.
  • Untuk jalan pintas, investor bisa mempertimbangkan ROE yang dekat dengan rata-rata (14%) daripada ROE yang kurang dari 10%.

Menggunakan ROE untuk Memperkirakan Tingkat Pertumbuhan

ROE dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat pertumbuhan dividen dan tingkat pertumbuhan berkelanjutan. Asumsinya rasio ini kira-kira sejalan atau tepat berada di atas rata-rata satu grupnya. Walaupun ada beberapa tantangan, Return on Equity adalah landasan awal untuk mengembangkan estimasi tingkat pertumbuhan saham dan dividen di masa depan.

Kedua perhitungan tersebut saling berhubungan satu dengan lain dan dapat digunakan untuk membandingkan antara perusahaan yang sejenis.

Jika ingin membuat perkiraan tingkat pertumbuhan masa depan perusahaan, ROE dikali dengan rasio retensi perusahaan. Rasio retensi ini merupakan persentase laba bersih yang “ditahan” atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan dalam rangka mendanai pertumbuhan di masa depan.

ROE dan Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan

Diasumsikan terdapat dua perusahaan yang memiliki ROE dan laba bersih identik, akan tetapi rasio retensinya berbeda. Perusahaan X memiliki ROE 15% dan tingkat pengembalian 30% dari laba bersih kepada pemegang saham berupa dividen, yang artinya perusahaan ini mempertahankan 70% dari laba bersih. Perusahaan Y juga punya ROE 15%, tetapi memberikan dividen 10% dari laba bersih kepada pemegang saham dengan rasio retensi 90%.

Bagi perusahaan X memiliki tingkat pertumbuhan 10,5% (ROE dikali dengan rasio retensi), yaitu 15% dikalikan 70%. Sedangkan perusahaan B memiliki tingkat pertumbuhan 13,5% (15% dikali 90%).

Analisis ini dapat juga disebut sebagai model laju pertumbuhan berkelanjutan. Para investor bisa menggunakan model tersebut untuk membuat perkiraan di masa depan. Selain itu, investor bisa juga mengidentifikasi saham yang mungkin berisiko karena sahamnya berjalan melebihi kemampuan pertumbuhan berkelanjutannya.

Saham dapat dikatakan bernilai rendah jika tumbuh lebih lambat daripada tingkat berkelanjutannya atau pasar bisa jadi mengabaikan tanda-tanda risiko perusahaan.

Perbandingan tersebut menjadikan perusahaan Y terlihat lebih menarik dibandingkan perusahaan X. Akan tetapi, perbandingan tersebut mengabaikan keuntungan dari tingkat dividen yang lebih tinggi, yang disukai oleh investor.

Perhitungannya dapat dimodifikasi dengan membuat perkiraan tingkat pertumbuhan dividen saham, yang mungkin faktor penting bagi investor tertentu.

Memperkirakan Tingkat Pertumbuhan Dividen

Lanjutan dari contoh kasus kedua perusahaan sebelumnya, tingkat pertumbuhan dividen dapat diasumsikan dengan mengalikan antara rasio pembayaran (payout ratio) dengan ROE. Rasio pembayaran merupakan persentase dari laba bersih yang dikembalikan (berupa dividen) kepada pemegang saham biasa. Rumus ini bisa menunjukkan tingkat pertumbuhan dividen berkelanjutan, yang menguntungkan bagi perusahaan X di contoh kasus tersebut.

Tingkat pertumbuhan dividen perusahaan X adalah 4,5%, atau rasio pembayaran dikalikan ROE, yaitu 15% dikali 30%. Tingkat pertumbuhan dividen perusahaan Y adalah 1,5%, atau 15% dikali 10%. Saham yang menumbuhkan dividennya jauh di atas atau di bawah tingkat pertumbuhan dividen yang berkelanjutan dapat mengindikasikan risiko yang perlu diselidiki.

Menggunakan Rumus Return on Equity untuk Mengidentifikasi Masalah

Sangat logis jika banyak yang bertanya-tanya, mengapa ROE rata-rata atau sedikit di atas rata-rata, jauh lebih baik dibandingkan ROE yang 2 atau 3 kali lipat lebih tinggi daripada rata-rata di grup / sektor bisnis sejenis. Bukankah saham dengan hasil ROE tinggi memiliki nilai yang lebih baik?

Return on Equity yang tinggi, terkadang, merupakan indikator baik apabila laba bersih lebih besar dibandingkan dengan ekuitas. Ini menunjukkan kinerja perusahaan sangatlah kuat. Namun, seringkali ROE yang tinggi disebabkan oleh akun ekuitas yang kecil dibandingkan laba bersih. Hal ini menunjukkan risiko.

Terkadang ROE yang sangat tinggi adalah hal yang baik jika laba bersih sangat besar dibandingkan dengan ekuitas karena kinerja perusahaan sangat kuat. Namun, lebih sering ROE yang sangat tinggi disebabkan oleh akun ekuitas yang kecil dibandingkan dengan laba bersih, yang menunjukkan risiko.

Keuntungan yang Tidak Konsisten

ROE tinggi memiliki masalah mendasar yang pertama, ketidakkonsistenan laba perusahaan. Anda bisa membayangkan perusahaan XYZ yang tidak menguntungkan selama beberapa tahun.

Kerugian setiap tahunnya terdapat pada neraca di bagian ekuitas sebagai “retained loss”. Kerugian ini merupakan nilai negatif dan bisa mengurangi ekuitas para pemegang saham. Kita coba asumsikan perusahaan XYZ ini mendapatkan keuntungan mendadak di tahun terakhir dan kembali profit. Penyebut dalam rumus perhitungan ROE saat ini sangatlah kecil setelah merugi selama bertahun-tahun, sehingga ROE tinggi sangat menyesatkan.

Kelebihan Hutang

Masalah mendasar yang kedua adalah kelebihan hutang. Apabila sebuah perusahaan memiliki hutang yang agresif, ini bisa juga meningkatkan ROE karena ekuitas sama dengan aset yang dikurangi hutang.

Semakin besar hutang yang dipinjam oleh perusahaan, maka semakin rendah ekuitas yang bisa jatuh. Faktor umum yang menyebabkan ini terjadi adalah saat perusahaan meminjam utang dengan jumlah besar dalam rangka membeli sahamnya sendiri. Hal ini bisa meningkatkan laba per saham (EPS), tetapi di sisi lain tidak memengaruhi tingkat pertumbuhan aktual atau kinerja perusahaannya.

Laba Bersih Negatif

Masalah selanjutnya adalah adanya laba bersih negatif dan ekuitas pemegang saham negatif yang dapat menghasilkan ROE yang sangat tinggi. Namun, jika perusahaan memiliki rugi bersih atau ekuitas negatif, ROE tidak boleh dihitung.

Jika ekuitas pemegang saham negatif, masalah yang paling umum adalah hutang yang berlebihan atau profitabilitas yang tidak konsisten. Namun, ada pengecualian untuk aturan itu bagi perusahaan yang menguntungkan dan telah menggunakan arus kas untuk membeli kembali sahamnya sendiri.

Bagi banyak perusahaan, ini merupakan alternatif untuk membayar dividen dan pada akhirnya dapat mengurangi ekuitas (pembelian kembali dikurangi dari ekuitas) cukup untuk mengubah perhitungan menjadi negatif.

Dalam semua kasus, level ROE negatif atau sangat tinggi harus dianggap sebagai indikator yang perlu dianalisis. Dalam kasus yang jarang terjadi, rasio ROE negatif dapat disebabkan oleh arus kas yang didukung program pembelian kembali saham dan manajemen yang sangat baik, tetapi penghasilan yang kurang. Bagaimanapun juga, perusahaan dengan ROE negatif tidak dapat dievaluasi terhadap saham lain dengan rasio ROE positif.

Loading...
Sumber www.investopedia.com
Tinggalkan komentar