Dalam artikel sebelumnya, telah dijelaskan tentang rasio hutang dagang, postingan kali ini akan membahas tentang rasio piutang dagang yang juga bermanfaat bagi pelaku bisnis dan pelaku sektor keuangan lainnya. Salah satu yang akan dibahas adalah perputaran piutang.
Sebelum membahas lebih jauh, sebaiknya kita mengetahui tentang definisi rasio piutang dagang. Apa itu?
Sebenarnya terdapat lima rasio piutang dagang yang utama, yang menunjukkan seberapa efektif suatu perusahaan mengelola investasinya dalam piutang dagang.
Perputaran piutang (account receivables turnover)- salah satu rasio piutang dagang yang utama – akan menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih dari pelanggan.
Periode penagihan rata-rata adalah rasio yang juga bermanfaat, yang menunjukkan jumlah hari rata-rata dari piutang yang belum dilunasi.
Bagaimana Menghitungnya? Lima rasio yang paling utama dijabarkan dalam uraian berikut ini.
1. Account receivable turnover (perputaran piutang):
[latex]\frac{Kredit penjualan per tahun}{rata-rata piutang}[/latex]
Average account receivables (piutang dagang rata-rata):
[latex]\frac{piutang awal+piutang akhir}{2}[/latex]
Dalam menentukan rasio perputaran, wesel tagih (note receivables) yang diperoleh dari penjualan normal dan wesel tagih dengan diskonto (discounted note receivables) harus dimasukkan dalam piutang dagang.
Jika tingkat penjualan mengalami variasi yang sangat besar (berubah-ubah dengan drastis) di sepanjang tahun tersebut, maka gunakan angka penjualan per bulan atau setiap triwulan.
Dengan demikian, penjualan rata-rata yang diperoleh bisa diandalkan, sehingga rasio yang diperoleh juga tidak menyesatkan.
2. Average collection periods (rata-rata periode penagihan):
[latex]\frac{365}{perputaran piutang}[/latex]
3. Trend in account receivables (tren piutang dagang):
Piutang (tahun berakhir) – Piutang (tahun ini)
4. Account receivables by total asset (piutang dari total aset):
[latex]\frac{piutang}{aset total}[/latex]
5. Account receivables by sales (piutang dari penjualan):
[latex]\frac{Piutang}{Penjualan}[/latex]
Untuk menilai kelayakan suatu kebijakan penagihan dan kredit perusahaan, maka rasio perusahaan harus dibandingkan dengan norma yang berlaku dalam industri atau rasio dari para pesaing utama dalam industri yang sama.
Contoh 1. Suatu perusahaan melaporkan data berikut ini untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 19X1, dan 31 Desember 19X2.
19X1 | 19X2 | |
---|---|---|
Penjualan (sales) | $400.000 | $500.000 |
Total aset (total asset) | $600.000 | $650.000 |
Piutang (account receiables) | $50.000 | $90.000 |
Pada tanggal 1 Januari 19X1, piutang dagang bernilai $45.000.
Perusahaan ini menggunakan tiga rasio untuk menganalisis piutangnya:
19X1 | 19X2 | |
---|---|---|
a. Perputaran piutang (penjualan/rata-rata piutang) | $400.000/$47.500 = 8,42 | $500.000/$70.000 = 7,14 |
b. Periode penagihan (365/perputaran) | 365/8,42 = 43,3 hari | 365/7,14 = 51,1 hari |
Piutang terhadap aset total | $50.000/$600.000 = 8,3% | $90.000/$650.000 = 13,8% |
Dalam contoh ini, resiko realisasi (realization risk) dalam piutang lebih tinggi di tahun 19X2. Hal ini ditunjukkan oleh angka perputaran yang lebih rendah, periode penagihan yang lebih lambat dan rasio piutang terhadap aset total yang lebih tinggi pada tahun tersebut.
Siapa yang menggunakan Rasio Piutang Dagang dan bagaimana caranya?
Pihak Manajemen. Rasio piutang dagang dihitung untuk menaksir tingkat risiko realisasi (realization risk) dalam piutang. Umumnya, tingginya perputaran piutang menjadi indikator yang bagus bagi suksesnya suatu perusahaan.
Hal ini karena menunjukkan bahwa perusahaan ini berhasil memperoleh tagihan dari pelanggan dengan cepat, sehingga perusahaan dalam posisi yang lebih baik untuk menginvestasikan dananya.
Namun, rasio piutang dagang yang terlalu tinggi dapat mengindikasikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu ketat, dan perusahaan tidak membuka potensi keuntungannya dengan cara menjual pada pelanggan yang berisiko lebih tinggi.
Sebelum mengubah kebijakan kreditnya, perusahaan harus mempertimbangkan potensi keuntungan dibandingkan risiko yang inheren ketika menjual pada pelanggan yang lebih marjinal.
Dalam kaitan dengan periode penagihan, semakin lama piutang tidak berhasil ditagih melebihi tanggal pembayaran yang diharapkan relatif terhadap norma yang berlaku dalam suatu industri, semakin rendah kemungkinannya untuk berhasil ditagih.
Pihak manajemen harus menganalisis secara terpisah periode penagihan sesuai dengan tipe pelanggan, lini produk utama dan wilayah pasar.
Penggunaan aging schedule (pengelompokan jadwal pembayaran berdasarkan umur piutang) akan membantu analisis. Namun perlu dicatat bahwa, dalam beberapa kasus, periode penagihan yang lebih lambat dapat dibenarkan, bila dilakukan berkaitan dengan pengenalan suatu produk baru atau menanggapi persaingan yang semakin ketat dalam sebuah industri.
Peningkatan tajam dalam piutang dibanding tahun sebelumnya dapat menunjukkan risiko realisasi yang lebih tinggi. Ini dapat menandakan bahwa perusahaan menjual lebih banyak pada pelanggan marjinal yang membeli secara kredit.
Manajemen harus menguji tren dari rasio piutang dagang terhadap aset total (account receivables to total asset) dan rasio piutang dagang terhadap penjualan (account receivable to sales) guna mengidentifikasi peningkatan yang tidak wajar dalam piutang.
Kreditor Jangka Pendek. Rasio piutang dagang digunakan oleh para kreditor jangka pendek sebagai indikasi terhadap likuiditas perusahaan.
Rasio perputaran piutang (turnover ratio) yang tinggi dan periode penagihan yang singkat, yang menunjukkan bahwa perusahaan ini mampu menagih dengan cepat, tentu sangat disenangi oleh para kreditor.