Emas mengalami masa kenaikan dari tahun 2008-2011 dengan harga tertinggi sekitar US$ 1.900 per ounce. Kini, harga emas diprediksi akan terus menurun hingga US$ 1.000 per ounce untuk pertama kalinya sejak tahun 2009. Instrumen investasi emas ini sedang mengalami masa buruk. Analisis pergerakan harga emas oleh Georgette Boele dari ABN Amro Bank dan Robin Bhar dari Societe Generale meramalkan bahwa harga emas akan berada mendekati US$ 1.000 per ounce pada Desember 2015.
Trend penurunan ini bukan tanpa sebab. Beberapa faktor mendalangi anjloknya harga emas dunia. Apa saja faktor penyebabnya? Berikut 7 faktor yang melatarbelakangi penurunan harga emas seperti dikutip dalam EconomicTimes:
Pasar sedang menanti kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang akan terjadi pada September-Oktober mendatang. Kenaikan suku bunga oleh The FED ini adalah kali pertama sejak hampir satu dekade. Naiknya suku bunga menunjukkan berkurangnya risiko resesi Amerika Serikat. Suku bunga naik, maka investor akan banyak mengalihkan instrumen investasinya ke instrumen semacam obligasi.
Selain faktor di atas, kondisi Yunani yang mampu terhindar dari bencana negara bangkrut (default) serta kesepakatan nuklir Iran sehingga mengurangi konflik Timur Tengah menjadikan risiko geopolitik berkurang sehingga investor memilih untuk menjual emas secara perlahan.
Saat ini, perekonomian China sedang mengalami kelesuan di semester I 2015. Kelesuan ini membuat permintaan emas mulai berkurang sekitar 24 persen. Dengan berkurangnya permintaan tersebut, harga emas akan semakin turun.
Kenaikan suku bunga AS, ikut mengerek dolar AS terus naik. Emas yang dihargai dengan dolar AS, ikut kena imbas. Investor akan lebih banyak berburu dolar AS ketimbang menyimpan dana dalam instrumen emas. Permintaan terhadap emas dari pembeli non Dolar AS akan terus berkurang sehingga harga emas tertekan. Dengan stabilisasi ekonomi , dolar AS akan menguat dari mata uang lainnya. Ini artinya, emas akan terus terpuruk.
Sebagai pelindung, emas menjadi primadona jika ekonomi negara lesu karena inflasi. Setelah krisis 2008 yang mengeluarkan kebijakan uang mudah, pasar khawatir akan tingginya inflasi. Namun, saat ini, justru inflasi di kawasan Jepang, Eropa, dan AS rendah sehingga membuat para investor enggan membeli emas.
Trend penguatan harga emas sejak tahun 2008 hingga akhir 2011, kini mulai berhenti. Harga yang flat setelah tahun 2011, membuat para analis terus mencari dukungan untuk menaikkan harga emas di atas US$ 1.000. Namun, jika usaha itu gagal, bukan tidak mungkin, harga emas akan tersungkur ke level US$ 700 per ounce.
Instrumen investasi seperti emas tidak memperoleh bunga atau dividen. Jika AS menaikkan suku bunga, maka pendapatan dari obligasi AS akan naik. Hal itu, membuat investor bersiap untuk beralih dari emas ke obligasi.
Secara tradisional antara pembeli terbesar, bank sentral terutama dari negara berkembang telah menurun. Mereka melakukan pencegahan penguatan dolar untuk menahan arus keluar setelah AS menaikkan suku bunga.
So, buat Anda investor emas, siap-siap dengan harga emas yang akan terus turun.
Bagaimana menyusun anggaran keuangan keluarga? Ini salah satu pertanyaan yang dicari dan terkadang tidak semua…
Ada hal terpenting yang bisa dilakukan untuk mengelola uang, yaitu dengan membuat anggaran keuangan pribadi.…
Agar menjadi investor / trader saham sukses, Anda harus mengerahkan upaya maksimal untuk mencapainya. Investor…
Tak banyak yang mengetahui tentang rahasia kebebasan finansial. Banyak orang beranggapan bahwa bebas secara finansial…
Apabila Anda ingin mengontrol pengeluaran dan mencapai tujuan finansial Anda, maka dibutuhkan anggaran keuangan. Bagaimana…
Ingin menjadi pengusaha sukses? Bisa jadi ini idaman bagi sebagian orang yang bercita-cita menjadi wirausaha.…