Contoh Proposal Usaha Pembudidayaan dan Pengolahan Lele
Bagi Anda yang ingin merintis usaha, tentu saja sangat membutuhkan contoh proposal usaha yang bermanfaat untuk berbagai tujuan, misalkan pengajuan dana kepada investor.
Contoh proposal usaha yang diajukan pun harus memenuhi beberapa aspek penting, seperti ringkasan eksekutif, aspek produksi, aspek pemasaran, aspek sumber daya manusia, analisis usaha, dll.
Pemenuhan beberapa aspek di atas tentu sangat penting agar calon investor dapat melihat dengan detail apa yang hendak ditawarkan kepada mereka.
Tentu saja, keberhasilan usaha memang bukanlah dilihat seberapa bagus proposal usaha yang dibuat, melainkan kesungguhan dan tekad dari pemilik usaha untuk memperjuangkan usahanya agar bisa sukses.
Anda bisa mencari berbagai contoh proposal usaha di Google, dan salah satunya, Anda bisa mengkopi contoh proposal usaha pembudidayaan dan pengolahan lele. Ini salah satu contoh proposal usaha yang telah berhasil mendapatkan dana dari investor.
Untuk contoh proposal usaha lainnya, Anda bisa mencari referensi lainnya disini.
Berikut adalah contoh proposal usaha pembudidayaan dan pengolahan lele.
PROPOSAL USAHA PEMBUDIDAYAAN DAN PENGOLAHAN LELE
Diajukan kepada :
Panitia UI Young and Smart Entrepreneur Program 2009
Caesar Anggara Adhiputra
Lele Jaya Makmur
Alamat Kantor :
Jl. H. Muhammad Alif I No.8A Kukusan, Beji
Depok 16425
Telp. (021) 91293863
Ringkasan Eksekutif
A. Data Perusahaan
1. Nama Perusahaan : CV Leto Food
2. Bidang Usaha : Perikanan & Produsen Makanan Lele
3. Jenis Produk : Budidaya dan Pengolahan Lele
4. Alamat Perusahaan : Jl. H. Boan Lisan No.8 Kukusan, Beji, Depok 16425
- Nomor Telepon : 021-91293863 / 081806403041
- Jumlah Tenaga Kerja : Produksi ( 1 TK ) ; 5-10 Outlet (@ 1 TK) ; Distribusi ( 2 TK )
B. Data Pemilik
- Nama Pemilik : Caesar Anggara Adhiputra
- Jabatan : Direktur
- Tempat tanggal lahir : Madiun, 19 Juni 1986
- Alamat Rumah : Jl. H. Boan Lisan8 Kukusan, Beji, Depok 16425
- Struktur Organisasi :
C. Pemasaran
1. Produk yang Dipasarkan :
- Produk Outlet ⇒ Lele Crispy ; Nasi Pecel Lele ; Lele Bakar atau Panggang
- Produk Pasok ⇒ Lele Mentah yang dijual ke perantara atau distributor seperti rumah makan ( warteg, bakso, rumah makan padang ), toko, dan pasar tradisional.
2. Merk Produk : LeTo (Lele’s Resto) Tagline : Like nEver Taste it befOre…
3. Sasaran Konsumen
4. Rencana Penjualan / Tahun
5. Penetapan Harga Jual
D. Produksi
1. Kapasitas Produksi
2. Fasilitas / Sarana Produksi
E. Keuangan
- Total Pembiayaan Proyek : Rp 11.398.500
- Modal Sendiri : Rp 1.000.000
- Modal yang Diajukan : Rp 8.000.000
- Penjualan per-Tahun (2011) : Rp 22.500.000
- Keuntungan per-Tahun (2011) : Rp 9.701.500
- Pay Back Period : 6 bulan
1. Latar Belakang
A. Gambaran Umum Wilayah
Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi kawasan lalu lintas Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Posisi ini menjadikan Depok sebagai tempat bermukim, tempat berusaha, dan sebagai daerah pusat pemerintahan. Karakteristik kota Depok masih mencerminkan perpaduan dua kegiatan. Pertama, kegiatan perkotaan yang berbasiskan kegiatan industri, perdagangan, dan jasa. Kedua, kegiatan pedesaan yang berbasiskan lahan pertanian yang aktivitas produksinya mendukung kelangsungan kegiatan perkotaan, terutama bagi DKI Jakarta.
Kota Depok masih rnemiliki banyak potensi sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal dan masih berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung perkembangan ekonomi kota. Potensi-potensi yang dimaksud, antara lain lahan kosong masih cukup luas, potensi sumberdaya air yang berasal dari sungai, maupun situ yang pemanfaatannya masih sangat terbatas.
Beberapa sektor yang menjadi andalan kota Depok adalah (a) Perikanan, yaitu pengembangan ikan darat, budidaya ikan hias, usaha bibit ikan darat; (b) Peternakan, yang mencakup ternak sapi, ternak ayam buras, dan ternak kambing; (c) Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura, antara lain pertanaman buah-buahan, tanaman hias, singkong, garut, dan sayuran; (d) Industri, berupa barang-barang kerajinan dari kulit, pengolahan dan kerajinan tulang hewan, makanan dan minuman, usaha rumah potong hewan, industri bahan bangunan dan kerajinan, kayu, jasa reparasi dan perbengkelan, industri kerajinan Iainnya; (e) Perdagangan barang hasil produksi pertanian, barang hasil industri kecil garment, alat-alat elektronika, dan sebagainya.
Usaha perikanan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam bentuk usaha perikanan rakyat dan perikanan besar milik pemerintah, serta milik swasta nasional atau asing. Perikanan rakyat merupakan usaha skala kecil yang memiliki ciri-ciri yaitu dikelola secara tradisional, produktivitas rendah, dan pada umumnya tidak mempunyai kekuatan menghadapi kompetisi pasar. Di lain pihak, perikanan besar dengan skala usaha yang besar dikelola secara modern dan berteknologi tinggi, sehingga produktivitasnya tinggi dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan pasar. Oleh karena itu, dalam perkembangannya ke depan, kemitraan antara perikanan rakyat dan perikanan besar merupakan sesuatu yang niscaya terjadi.
B. Ide Usaha
Melihat potensi dari Kota Depok, baik dari segi sumber daya alamnya maupun potensi konsumennya yang cenderung mulai mengarah pada masyarakat kota, muncul ide usaha untuk mengembangkan salah satu sektor perikanan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Sektor perikanan tersebut adalah pembudidayaan sekaligus pengolahan lele. Di Indonesia sejak tahun 1979, lele mulai dikenal dan digemari. Sampai saat ini, lele banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
Pusat perikanan lele di Indonesia berada daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Adapun manfaat dari pembudidayaan lele, antara lain sebagai penyediaan sumber protein hewani, sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan sebagai obat penambah darah. Dilihat dari aspek sosial, pembudidayaan dan pengolahan lele akan menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga akan mengurangi pengangguran.
2. Aspek Produksi
2.1 Proses Produksi
- Persyaratan Lokasi Budidaya
Secara klimatologis, lele tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya lele dapat dilakukan di dataran rendah hingga dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan, tidak ada batasan yang spesifik. Kualitas air untuk pemeliharaan lele harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
Suhu udara optimal untuk pertumbuhan lele, yaitu berkisar antara 25-28oC. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya oksigen terutama untuk bibit yang masih kecil, yaitu ukuran 5-6 cm. Dalam usaha pembudidayaan lele, manajemen perusahaan telah memiliki tempat, yaitu kolam seluas 3×5 meter yang berlokasi di Tanah Baru, Depok. Kolam ini berjumlah sembilan kolam yang dimiliki oleh Bapak Putra. Pihak manajemen perusahaan dan pemilik kolam telah menyepakati bahwa manajemen dapat menggunakan kolam-kolam tersebut dengan persyaratan bagi hasil (profit sharing).
- Pembuatan kolam
Kolam pemeliharaan lele dapat terbuat dari semen atau beton dengan ukuran 5m x 3m x 1m. Pada tepi setiap sisi kolam dipasang jaringan sesuai volume kolam dengan mata jaring yang terkecil. Berikut adalah gambaran sederhana dari kolam.
- Media pemeliharaan
Media pemeliharaan lele terdiri dari campuran beberapa bahan, antara lain tanah, cincangan batang pisang, pupuk kompos, pupuk kandang, jerami, dan air dengan urutan (dari bawah ke atas) sebagai berikut.
- Penebaran benih lele
Benih lele siap di tebar ke dalam kolam. Kerapatan benih lele yang ditebar ± 1.5 kg/m2 atau ± 150 ekor/m2. Benih yang ditebar berumur ± 2 bulan dengan ukuran panjang ± 25 cm dan diameter ± 2 cm. Untuk pertama, benih lele diperoleh dari peternak-peternak lele di Mega Mendung, Bogor. Benih lele yang dipilih adalah benih lele Sangkuriang. Jenis benih lele ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis lainnya, yaitu masa pembesaran yang relatif cepat (2 bulan), daging lebih gurih, lebih tahan penyakit. Benih-benih lele tersebut selanjutnya dibudidayakan hingga dewasa, pengindukkan dan terakhir dikembangbiakkan sehingga menghasilkan benih-benih lele sendiri.
- Pemeliharaan lele
Dalam pemeliharaan pembesaran lele, terdapat beberapa hal penting yang harus dilakukan, sebagai berikut.
a. Pemberian Pakan
Pakan utama lele adalah hewan-hewan yang masih segar, antara lain cacing tanah, keong mas, bekicot, kecebong, ikan-ikan kecil, serangga, dan lainnya. Pakan segar tersebut diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00 karena lele termasuk hewan nocturnal (beraktivitas pada malam hari).
Untuk memacu pertumbuhan lele, dapat ditambahkan pakan tambahan berupa pelet (pur) lele. Pemberian pelet tersebut maksimal 3 kali seminggu.
b. Sirkulasi Air
Sirkulasi air kolam diperlukan untuk membuang sisa-sisa makanan yang terdapat di permukaan kolam, karena sisa-sisa makanan yang menumpuk di permukaan air dapat menyebabkan turunnya pH. pH air yang terlalu rendah dan terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan lele (pH optimal lele berkisar antara 6-8). Sirkulasi air yang baik juga akan meningkatkan kelarutan oksigen di dalam air. Sirkulasi air dapat dilakukan dengan cara membuat bak penampungan yang kemudian dialirkan ke dalam kolam secara berkelanjutan atau minimal sehari sekali.
c. Pengaturan suhu air
Suhu air yang optimal untuk pertumbuhan lele berkisar antara 26-28oC. Untuk menjaga suhu tetap optimal, dapat dilakukan dengan cara menutupi kolam dengan shading net atau menanam enceng gondok di permukaan kolam. Tanaman eceng gondok tersebut juga dapat berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi lele.
d. Pengendalian hama
Pengaturan suhu air, kebersihan air, dan pH air juga bertujuan untuk mencegah lele dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Jika kebersihan air dapat dijaga dengan baik, maka kecil kemungkinan bagi lele untuk terserang penyakit. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan terhadap kemungkingan masuknya hewan-hewan predator masuk ke dalam kolam, seperti reptil dan mamalia.
e. Pemantauan pertumbuhan lele
Pemantauan lele dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan benih lele yang telah ditebar. Pemantauan pertumbuhan lele dapat dilakukan 2 minggu sekali dengan cara menangkap beberapa ekor lele menggunakan bubu yang dipasang di permukaan kolam. Lele yang ditangkap tersebut kemudian diukur panjang dan diameternya, kemudian dibandingkan dengan pengukuran-pengukuran pada minggu-minggu berikutnya. Hasil dari pengukuran tubuh lele tersebut dapat memberikan gambaran tentang tingkat pertumbuhan lele dan dapat membantu peternak untuk menentukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya dalam hal pakan lele dan kualitas air.
- Panen lele
Saat yang paling dinanti-nanti oleh setiap peternak adalah panen. Panen lele dapat dilakukan setelah 2 bulan sejak benih ditebar. Waktu panen tersebut tergantung keinginan peternak. Peternak bebas menentukan kapan ia akan memanen lelenya sesuai ukuran lele yang ia inginkan. Misalnya, lele untuk bahan baku keripik adalah lele yang berumur sekitar 2 bulan sejak pembenihan, sedangkan lele untuk ekspor adalah lele dengan umur minimal 5 bulan sejak benih menetas.
Teknik pemanenan lele dilakukan dengan cara mengangkat jaring yang mengelilingi kolam dibantu dengan mengencerkan media lumpur. Lumpur diencerkan dengan menyemprotkan air bertekanan agar lumpur dapat lolos dari mata jaring. Setelah media lumpur bersih, hanya tinggal lele-lele yang siap ditampung.
2.2 Kapasitas Produksi
2.3 Bangunan (Kolam)
Kolam pembudidayaan lele terdapat di daerah Tanah Baru, Depok, dengan jumlah 9 kolam. Adapun mekanisme perjanjian antara pemilik kolam dengan pihak manajemen perusahaan adalah dengan sistem bagi hasil. Perhitungannya sebagai berikut :
Sewa (Profit Sharing) : 5 % x Net Profit Tiap Bulan
2.4 Utilitas/Sarana
2.5 Peralatan
2. Aspek Pemasaran
2.1. Gambaran Umum Pasar
a. Jenis produk
Lele hasil budidaya akan diolah untuk dihasilkan produk-produk lele. Produk olahan lele ini dapat digolongkan sebagai barang convenience, yaitu barang yang sering dibeli, harganya tidak mahal, dan keputusan membeli tidak memerlukan banyak pertimbangan atau berdasarkan kebiasaan saja. Lebih rinci, produk olahan lele termasuk dalam barang bahan pokok (staples goods). Dalam lingkup Jabodetabek, penawaran produk ini memiliki keunggulan atau diferensiasi produk dan hal tersebut disebabkan oleh belum adanya kompetitor yang menawarkan hal serupa. Secara garis besar, produk lele akan dibagi menjadi dua, yaitu produk-produk yang diolah di outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ ( produk nomor 1,2,3 ) dan produk-produk yang dipasok ke perantara atau distributor ( produk nomor 4 ). Produk-produk lele yang nantinya akan dipasarkan, antara lain :
- Lele Crispy ( Metode Fast Food )
Produk ini membutuhkan lele berumur sekitar 1 bulan dengan panjang sekitar 10 cm. Lele tersebut kemudian digoreng dengan adonan tepung yang gurih, renyah serta disajikan dengan cepat (fast food).
- Nasi Pecel Lele
Produk ini juga membutuhkan jenis lele kecil berumur sekitar 1 bulan serta panjang sekitar 10 cm. Produk ini disajikan dengan dilengkapi nasi, lalapan, dan minuman.
- Lele Bakar / Panggang
Produk ini membutuhkan lele besar dengan umur sekitar 3 bulan serta panjang sekitar 30 cm. Lele yang memenuhi kualifikasi tersebut kemudian diolah dengan cara dipotong menjadi beberapa bagian. Potongan-potongan tersebut kemudian diolesi bumbu dan terakhir dipanggang atau dibakar. Produk ini kemudian disajikan dengan dilengkapi nasi, lalapan, dan minuman.
- Lele Pasok
Berbeda dengan ketiga produk sebelumnya, produk lele ini tidak membutuhkan olahan atau lele mentah. Produk ini nantinya dijual ke perantara atau distributor seperti rumah makan ( warteg, bakso, rumah makan padang ), toko, dan pasar tradisional. Lele dengan umur sekitar 7 bulan dan panjang sekitar 30 cm, kemudian langsung dijual ke tempat-tempat tersebut.
- Merk Produk
B-LÜTZ KRIÜKZZ
Tagline : Lele Renyah dan Bergizi
- Wilayah pemasaran
Produk lele hasil olahan tersebut nantinya akan dipasarkan ke seluruh wilayah Jabodetabek dalam beberapa tahap. Untuk tahap jangka pendek (1-3 tahun) akan dipasarkan di poros pusat kota Depok yang merupakan kosentrasi kegiatan perdagangan dan jasa, yaitu di Jalan Margonda Raya, poros Jalan Arief Rahman Hakim, Jalan Nusantara, Jalan Siliwangi, Jalan Dewi Sartika, Jalan Akses UI, Jalan Raya Bogor-Cimanggis, Jalan Raya Parung-Sawangan, dan Pusat Cinere-Limo. Untuk tahap menengah (4-5 tahun) akan dipasarkan di seluruh wilayah Depok. Pemasaran jangka panjang (lebih dari 5 tahun) akan diperluas ke wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.
2.2. Permintaan
2.2.1. Jumlah Permintaan Terhadap Produk
a. Sasaran Pembeli (konsumen)
Produk lele yang termasuk dalam kategori barang bahan pokok ditargetkan pada end users, terkecuali produk pasok yang didistribusikan kembali ke market-market retail (pemilik rumah makan, toko, pasar tradisional). Target end users diutamakan kepada masyarakat di wilayah Depok, dari semua kalangan seperti pria, wanita, orang tua, anak-anak, dan lain-lain.
b. Jumlah konsumen
Pemasaran produk-produk lele yang dijual melalui outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ ditargetkan akan mendapatkan rata-rata 40 konsumen / hari. Target konsumen akan lebih tinggi atau pun rendah tergantung kepada lokasi-lokasi pemasaran. Berdasarkan demografis kota Depok secara menyeluruh, dalam jangka panjang penjualan produk lele ini ditargetkan memperoleh sekitar 30 % dari penduduk yang berada di sekitar lokasi penjualan, sedangkan produk pasok ke distributor ditargetkan pada sekitar 10 distributor (lokasi) dengan asumsi penjualan rata-rata 5 kg/hari.
c. Jumlah kebutuhan
Berdasarkan survey, produk lele di wilayah Depok untuk saat ini belum ada yang menawarkan sehingga jumlah permintaan konsumen terhadap produk ini sangat tinggi.
2.2.2. Proyeksi Permintaan Selama 5 tahun Mendatang
2.3. Penawaran/Pesaing
2.3.1. Jumlah Produk Sejenis di Pasar
Setelah melalui proses survey untuk wilayah pemasaran di daerah Depok ( tahap jangka pendek ), diperoleh hasil bahwa belum ada pesaing yang menawarkan produk sejenis. Adapun untuk wilayah pemasaran di luar wilayah Depok, terutama di wilayah DKI Jakarta, produk olahan lele sudah banyak dipasarkan dalam beraneka ragam produk. Produk olahan yang dijual lebih banyak lewat rumah makan dan retail (minimarket).
2.4. Rencana Penjualan dan Peluang Pasar
2.5. Strategi Pemasaran Perusahaan
a. Produk
Dalam memasarkan produk-produk lele, baik produk pasok maupun produk outlet, ada beberapa kriteria yang diterapkan. Untuk produk pasok, lele yang dipasarkan adalah lele yang sudah berumur ± 6 bulan dengan panjang ± 40 cm dan tidak ada cacat di permukaan tubuh lele, sedangkan untuk produk outlet, lele yang dipasarkan adalah lele berumur 2 bulan dengan panjang ± 10-15 cm. Produk lele outlet diolah menjadi beberapa produk. Lele olahan tersebut kemudian dikemas dalam bungkus kertas. Lele-lele olahan ini juga akan dijual dengan beberapa pelengkap seperti nasi, minuman, lalap sayuran, dan lain-lain.
b. Harga
Harga satuan untuk produk pasok adalah Rp 25.000 / kg dengan dibayarkan secara tunai. Bagi konsumen yang membeli dalam jumlah besar, akan diberikan potongan harga, sedangkan lele outlet dijual dengan harga satuan Rp 5.000 – Rp 7.000 / porsi. Pembelian dilakukan secara tunai. Pembeli yang melakukan pembelian dengan rutin akan diberikan reward, yaitu potongan khusus (discount) maupun gratis pembelian.
c. Jalur Penjualan (Marketing Channel)
Produk-produk lele ini nantinya akan dipasarkan melalui 2 jalur penjualan, yaitu produk pasok dijual ke perantara atau retail, seperti pasar tradisional, rumah makan, dan lain-lain. Produk-produk outlet akan dipasarkan ke outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ yang dimiliki oleh manajemen perusahaan.
d. Komunikasi Promosi
Manajemen perusahaan dalam melakukan komunikasi promosi dengan tiga cara, yaitu : pertama, untuk menciptakan awareness dan image terhadap perusahaan dan produk dengan membuat proposal business, brosur, facebook company, mengikuti events seperti seminar yang diadakan oleh lembaga kemahasiswaan, dan lain-lain. Kedua, untuk mendorong terjadinya penjualan, perusahaan akan melakukan strategi-strategi, seperti pembagian sample product, discount, coupon, bundling product dengan produk-produk minuman, seperti Teh Botol Sosro, pertemuan-pertemuan marketing, intensif kepada outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ.Ketiga, untuk menciptakan loyalitas terhadap produk-produk lele olahan, dilakukan mailing list konsumen, personal selling, serta menciptakan komunitas pecinta kuliner.
2.6. Metode Promosi & Biaya Promosi
2.7. Penetapan Harga Jual
4. Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia
4.1. Umum
- Nama Perusahaan : Lele Jaya Makmur
- Nama Pemilik : Caesar Anggara Adhiputra
- Alamat Kantor : Jl. H. Muhammad Alif I No.8A Kukusan, Beji, Depok 16425
- Bentuk Badan Usaha : CV (Rencana Tahun 2010)
- Tahun Berdiri : 2009
4.1.1. Bagan/Struktur Organisasi
4.1.2. Uraian Jabatan
4.2 Perijinan
4.3 Kegiatan Pra-Operasi dan Jadwal Pelaksanaan
4.5 Perlengkapan Kantor
5. Aspek Keuangan
5.1. Asumsi-asumsi
- Kolam pembesaran yang digunakan berukuran 5x3x1 m³ sebanyak 9 buah dengan konstruksi kolam tembok.
- Kolam dapat digunakan selama 5 tahun
- Lama pemeliharaan 4 bulan
- Media yang digunakan adalah campuran antara tanah dan media instan bokashi
- Pakan cacing, keong, dan bekicot diternakkan sendiri atau mencari dari alam. Diusahakan selalu ada pakan hidup di kolam
5.2 Analisis Usaha (Tahun 2009)
5.3 Pendapatan
a. Keuntungan
Keuntungan = Total penerimaan – Total biaya operasional
= Rp 22.500.000 – Rp 12.798.500
= Rp 9.701.500
b. R/C ratio
R/C ratio = 22.500.000
12.798.500
= 1,75
Usaha ini layak diusahakan karena memiliki R/C ratio >1 yaitu sebesar 1,75 artinya modal Rp 1 yang ditanamkan akan mendapatkan hasil Rp 1,75
c. Pay Back Period
Pay Back Period = 6.755.000 x 1 tahun
9.701.500
= 6 bulan