Apabila Anda memutuskan untuk memilih reksadana sebagai strategi investasi tetapi tak tahu bagaimana memulainya, sebenarnya mudah saja dengan melakukan riset pada diri Anda sendiri. Sebagai referensi bagi Anda, ini beberapa cara memilih reksadana yang baik dan menguntungkan.
Dengan melakukan uji tuntas pada diri Anda sendiri, sebenarnya sudah setengah jalan dalam berinvestasi yang tepat dengan memahami toleransi terhadap risiko dan memperjelas tujuan investasi.
Cara memilih reksadana yang baik dan menguntungkan sebenarnya tak terlalu rumit. Hal ini melibatkan tentang bagaimana memilih reksadana yang memberikan tingkat pengembalian yang baik dengan biaya rendah.
Bahkan, reksadana yang dipilih dianggap sebagai “pemenang” ketika secara strategis mampu meningkatkan portofolio Anda serta tujuan investasi. (Baca Juga: 4 Langkah Membangun Portofolio Investasi yang Menguntungkan)
Jika Anda sudah siap untuk memilih beberapa reksadana, ada cara menganalisis yang baik, seperti melihat riwayat kinerja masa lalu, tim manajemen, dan rasio pengeluaran.
Selain itu, Anda juga dapat memperluas strategi investasi dalam mendorong pilihan reksa dana yang tepat dengan mendiversifikasi portofolio dengan reksadana internasional, membeli reksa dana indeks, dan lain sebagainya.
Panduan Cara Memilih Reksadana yang Baik dan Menguntungkan
#1 Dimulai dari Tujuan Investasi dan Toleransi Risiko Anda
Sebagai seorang investor, Anda dapat memilih ribuan reksa dana dari sejumlah besar perusahaan manajemen investasi. Dengan banyaknya opsi reksa dana yang dipilih tersebut, penetapan tujuan investasi pribadi Anda dapat memfokuskan pada reksa dana yang tepat bagi Anda.
Tanyakan pada diri Anda sendiri beberapa pertanyaan berikut ini agar mendapatkan pencerahan terkait tujuan investasi.
- Apakah Anda mencari penghasilan untuk saat ini atau apresiasi jangka panjang (capital gain)?
- Apakah uang itu diperlukan untuk membiayai pendidikan perguruan tinggi atau menabung untuk masa pensiun di masa depan?
Dalam hal toleransi risiko, penting untuk memutuskan posisi Anda saat ini, yaitu:
- Bisakah Anda menoleransi portofolio investasi yang mungkin mengalami pasang surut ekstrem?
- Apakah Anda lebih nyaman dengan strategi investasi konservatif?
Terakhir, pikirkan cakrawala waktu terbaik untuk investasi Anda, atau berapa lama Anda perlu menginvestasikan dana tersebut:
- Apakah Anda membutuhkan dana tersebut untuk menjadi likuid dalam waktu dekat?
- Apakah Anda bisa menginvestasikan uang selama jangka waktu bertahun-tahun?
Jika Anda berinvestasi reksa dana yang memiliki biaya penjualan, biaya ini bisa saja bertambah jika berinvestasi untuk jangka pendek. Jangka waktu investasi minimal lima tahun adalah waktu ideal bagi Anda untuk mengimbangi biaya-biaya tersebut.
#2 Perhatikan Rasio Pengeluaran
Rasio biaya ini bisa harus dicermati karena bisa saja menghancurkan rencana investasi. Menghitung rasio pengeluaran pribadi Anda bisa memudahkan dalam menentukan portofolio yang tepat bagi Anda.
Pastinya dibutuhkan modal uang untuk berinvestasi di reksadana. Hal-hal seperti biaya konsultasi manajemen, biaya operasional dasar (fotokopi dokumen & kelengkapan, dsb) yang dikenal sebagai rasio pengeluaran haruslah diurus dengan baik. Sebelum menginvestasikan uang tunai milik Anda, perhatikan beberapa hal tersebut.
Sederhananya, itu merupakan biaya dalam kepemilikan reksadana. Anggap saja hal tersebut merupakan jumlah yang harus diperoleh agar mencapai titik impas sebelum dapat mulai menumbuhkan investasi Anda.
Tentu saja, Anda ingin memiliki reksa dana yang memiliki rasio pengeluaran serendah mungkin. Sebagai contoh, jika Anda memiliki 2 reksa dana yang mempunyai rasio pengeluaran masing-masing 0,5% dan 1,5%, maka reksa dana yang kedua memiliki rintangan yang jauh lebih besar sebelum investasi Anda dianggap tumbuh.
Seiring waktu berjalan, persentase yang terlihat remeh ini bisa memberikan perbedaan besar tentang bagaimana investasi Anda bisa bertumbuh.
#3 Hindari Reksa Dana yang Memiliki Turnover Ratio Tinggi
Penting untuk fokus pada tingkat turnover, yaitu persentase portofolio yang dibeli dan dijual setiap tahunnya untuk reksa dana yang hendak dipilih. Alasannya sederhana, yaitu pajak.
Berinvestasi pada reksa dana yang memiliki turnover ratio yang tinggi bisa berdampak pada pajak yang dikenakan. Pajak akan mengurangi tingkat return yang didapatkan sehingga jika rasionya tinggi, maka keuntungan pun semakin kecil.
#4 Carilah Tim Manajemen Investasi yang Berpengalaman dan Disiplin
Hari ini sangatlah mudah mendapatkan akses ke informasi apapun sehingga tidaklah sulit untuk menemukan informasi yang terkait manajemen investasi Anda. Jika Anda mendapatkan informasi terkait manajer portofolio yang sedikit atau bahkan tidak memiliki rekam jejak, pertimbangkan untuk menarik investasi tersebut.
Kondisi paling ideal adalah perusahaan manajemen investasi yang memiliki tim analis investasi / manajer portofolio yang kuat. Tim ini terdiri dari individu yang disiplin, berbakat, dan profesional sehingga memastikan tanggung jawabnya dengan baik.
Terakhir, ceklah apakah manajer investasi tersebut memiliki dana yang juga diinvestasikan bersama para investor reksadana. Sangat mudah untuk membayar lips service kepada investor. Tentu berbeda jika memiliki modal sendiri yang berisiko disamping investasi milik mereka.
#5 Memiliki Filosofi Investasi yang Sama dengan Anda
Seperti semua hal dalam hidup, ada berbagai pendekatan filosofis untuk mengelola uang. Banyak orang, seperti Warren Buffett, adalah tipe value investor. Seiring waktu, investor tipe ini mencari investasi yang diyakini diperdagangkan dengan diskon besar. Tipe investor ini biasanya memiliki sedikit investasi tiap tahunnya, tetapi seiring waktu menghasilkan return yang besar.
Dalam industri reksadana, ada banyak perusahaan manajemen investasi yang mengkhususkan pada jenis investasi value tersebut. Anda harus memilahnya dengan baik sehingga sesuai dengan filosofi investasi Anda.
Sebagian investor percaya dengan apa yang disebut sebagai investasi “pertumbuhan”. Hal ini berarti membeli aset terbaik, perusahaan dengan pertumbuhan tercepat, tanpa memandang harga. Sebagian lainnya percaya dengan berinvestasi reksadana di perusahaan-perusahaan blue-chip dengan hasil dividen yang sehat.
Sangat penting bagi Anda untuk menemukan reksa dana atau kelompok reksa dana yang mempunyai filosofi investasi yang sejenis.
#6 Ketahui Tolok Ukur yang Tepat untuk Reksa Dana Anda
Setiap reksa dana memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda. Itulah mengapa penting untuk mengetahui apa yang harus dibandingkan untuk mengetahui apakah manajer investasi Anda melakukan pekerjaannya dengan baik.
Sebagai contoh, jika Anda memiliki reksadana campuran yang memiliki 50% aset di saham dan 50% sisanya di obligasi, seharusnya Anda senang bisa mendapatkan return 10% atau bahkan lebih. Sesuaikan risiko yang diambil dengan modal yang dimiliki, Anda bisa mendapatkan return yang baik.
#7 Lakukan Diversifikasi Aset
Investor kelas dunia, Warren Buffet, yang dikenal memusatkan asetnya ke beberapa peluang investasi utama, mengatakan bahwa bagi mereka yang awam dengan pasar, diversifikasi aset sangatlah masuk akal.
Sangat penting untuk diketahui bahwa jika Anda tidak memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian intrinsik perusahaan, maka sebarkan aset Anda di berbagai perusahaan, sektor, atau industri. Memiliki empat jenis reksa dana berbeda yang berfokus pada sektor keuangan, misalnya, bukanlah contoh diversifikasi aset. Jika terjadi sesuatu yang menghantam pasar, sebagai contoh runtuhnya industri properti, maka portofolio Anda ikut terpukul.
Lalu, bagaimana diversifikasi itu dianggap baik? Ini beberapa pedoman mendasar.
- Sebaiknya tidak memiliki reksa dana yang ditempatkan pada industri / sektor berat. Jika tetap melakukannya, pastikan tidak berinvestasi keseluruhan uang Anda di industri tersebut.
- Jangan menyimpan semua investasi Anda di kelompok reksa dana yang sama. Menyebar aset di perusahaan yang berbeda dapat mengurangi risiko kekacauan internal, pelanggaran etika, dan masalah domestik lainnya.
- Sebaiknya tidak hanya memikirkan saham. Ada juga beberapa jenis reksa dana, seperti reksa dana pendapatan tetap, reksa dana obligasi, reksa dana pasar uang, dan lain sebagainya.