Pada tulisan sebelumnya, Bijak dalam Pengeluaran, kita sudah membahas tentang pos pertama yang bisa membuat pengeluaran Anda membengkak kalau Anda tidak hati-hati. Mereka adalah telepon, listrik, dan air. Sekarang, kita akan membahas tentang pos pengeluaran kedua yang juga harus Anda waspadai karena sering membengkak tanpa kita sadari, yakni pos hadiah dan sumbangan.
Coba Anda ingat-ingat, dalam sebulan terakhir ini berapa kali Anda diundang datang ke suatu acara hajatan? Satu kali? Tiga kali? Lima kali? Atau sepuluh kali?
Acara apa yang Anda datangi? Resepsi pernikahan mungkin adalah yang paling sering. Selanjutnya mungkin khitanan dan ulang tahun. Nah, kebiasaan kita, merupakan hal yang sangat biasa bagi kita untuk memberikan hadiah, biasanya berupa amplop berisi uang tunai atau barang. Yang jadi masalah, seringkali pemberian amplop atau hadiah tersebut membuat pengeluaran dalam keluarga Anda menjadi terlalu besar. Kalau ada uangnya bukan masalah. Tapi kalau anggaran Anda tiap bulannya ngepas? Bisa-bisa Anda harus memotong biaya hidup Anda.
Contoh yang sederhana saja: katakan penghasilan keluarga Anda tiap bulan mencapai Rp 1 juta. Anda hidup dengan suami/istri serta 2 anak. Pengeluaran keluarga per bulan mencapai Rp 900 ribu. Dalam sebulan, Anda menghadiri 4 undangan pernikahan. Nah, kalau satu amplop Anda memberikan Rp 50 ribu, maka total yang Anda keluarkan adalah Rp 200 ribu. Ini berarti Anda defisit Rp 100 ribu kan?
Untuk mengurangi risiko kejadian seperti ini, sejumlah tips di bawah ini bisa membantu:
Mulai sekarang, ketahuilah bahwa pemberian amplop dan hadiah bukanlah suatu keharusan. Mungkin Anda kaget membacanya, tapi itu betul. Kenapa demikian? Kalau Anda menghadiri sebuah resepsi pernikahan, tahukah Anda apa yang paling ditakuti pasangan menikah dan panitia yang mengadakan resepsi pernikahan? Coba tebak: yang paling mereka takutkan adalah kalau tidak ada tamu yang datang. Artinya, mereka sesungguhnya tidak peduli apakah Anda memberikan amplop atau tidak. Mereka jauh lebih senang melihat wajah Anda di resepsi pernikahan itu, dibanding amplop yang Anda berikan. Ini karena sebagai pasangan yang baru saja menikah, mereka ingin pestanya ramai. Jadi, kalau anggaran Anda terbatas, dan hal itu bukan suatu keharusan, jangan takut untuk tidak memberikan amplop pada saat resepsi pernikahan.
Terkadang kedekatan hubungan Anda dengan si pengantin baru atau keluarga si pengantin membuat Anda ingin memberikan amplop dan hadiah dalam jumlah besar. Sekali lagi, kalau Anda ada uangnya sih mungkin tidak apa-apa. Yang repot adalah kalau dana Anda terbatas. Tipsnya di sini adalah, jangan ragu untuk mengurangi jumlah isi amplop Anda bila dirasa terlalu besar dan memberatkan untuk Anda.
Dalam salah satu seminar saya, pernah ada satu peserta seminar yang menyampaikan unek-uneknya. Intinya dia mengatakan, kita punya kebiasaan yang tidak terlalu bagus dalam memberikan amplop dan hadiah. Seringkali, kalau yang menikah (atau keluarga yang menikah) itu adalah orang yang mempunyai andil besar dalam karier kita atau keluarga kita (seperti keluarga bos kita atau bos suami kita), maka kita cenderung memberikan amplop dengan jumlah uang yang besar. Tapi ketika yang menikah adalah orang kantor kita yang jabatannya lebih rendah dari kita, tidak berpengaruh pada karier kita dan mungkin penghasilannya lebih rendah dari kita, kita cenderung memberikan amplop dalam jumlah yang sedikit. Padahal logikanya, pengantin yang penghasilannya lebih rendah dari kita itu jelas lebih membutuhkan dibanding anak bos kita yang menikah yang sudah lebih sejahtera dari kita.
Jadi ibu-ibu, mulai sekarang, jangan lagi menganggap bahwa nama baik dan karier suami Anda akan diukur dari jumlah isi amplop yang Anda berikan. Kalau memang si pengantin (atau keluarga pengantin) ternyata memandang nama baik Anda hanya dari isi amplop atau nilai hadiah yang Anda berikan, itu berarti Anda berteman atau bersaudara dengan orang yang “salah”.
Hadiah yang agak lain, selain uang biasanya adalah kupon (bahasa kerennya voucher), seperti kupon belanja, kupon makan, atau kupon-kupon yang lain. Ini karena kupon tersebut sifatnya unik, dalam arti bahwa si penerima kupon hanya bisa menggunakan kupon itu di tempat-tempat yang sudah ditentukan.
Sebagai contoh adalah ayah saya sendiri. Salah satu hobinya adalah berbelanja busana di sebuah toko baju tertentu di Jakarta. Nah, ketika berulang tahun, dia senang sekali apabila anak-anaknya menghadiahkan kupon belanja di toko baju tersebut. Nilainya mungkin tidak besar-besar amat, tapi baginya, voucher tersebut unik dan lebih berkesan ketimbang berupa uang.
Nah, yang jadi “masalah” bagi anak-anaknya, nilai kupon belanja tersebut sama dengan nilai uangnya. Sebagai contoh, kupon belanja senilai Rp 100 ribu, harga belinya juga sama, yaitu Rp 100 ribu. Kupon belanja senilai Rp 200 ribu, juga hanya bisa dibeli dengan uang Rp 200 ribu. Jadi dari segi nilai uang, tidak ada bedanya.
Karena itu, selain kupon, alternatif hadiah lain adalah berupa barang yang secara nilai mungkin lebih murah dibanding kalau Anda memberikan uang dalam amplop, tapi diperkirakan barang itu akan sangat berguna. Mungkin tidak harus peralatan masak (karena toh pengantin baru pasti sudah banyak sekali mendapatkan hadiah berupa peralatan masak).
Salah satu alternatif hadiah yang bisa Anda berikan salah satunya adalah buku. Buku apa saja, bisa buku mengenai pernikahan, tentang psikologi suami-istri, atau mengenai bayi, karier. Apa saja yang yang berguna. Selain lebih murah (harga-harga buku seperti itu biasanya dibawah Rp 100 ribu), hadiah Anda juga lebih gampang diingat. Coba bayangkan, di tengah tumpukan amplop uang yang diterima pengantin, dia mendapatkan hadiah lain berupa buku. Pastilah dia mencari-cari siapa yang memberikan hadiah tersebut, dan tersenyum simpul karena mengetahui bahwa Andalah yang memberikan hadiah itu.
Kebanyakan orang tidak pernah memasukkan pemberian amplop dan hadiah dalam anggaran keluarga. Saya yakin ada di antara Anda yang demikian. Nah, mulai sekarang coba masukkan pengeluaran tersebut dalam anggaran keluarga Anda tiap bulannya. Dengan memasukkannya dalam anggaran, maka Anda bisa memperkirakan sejak awal apakah pemberian amplop dan hadiah di bulan ini akan menghabiskan semua uang Anda pada akhir bulan atau tidak. Anggarkan saja, apakah Rp 100 ribu per bulan, Rp 300 ribu per bulan, atau –kalau memang penghasilan keluarga Anda agak besar– bisa Rp 500 ribu per bulan. Terserah Anda. Setelah itu, patuhi anggaran tersebut.
Ada tips sederhana dalam membuat anggaran untuk amplop dan hadiah. Biasanya, undangan resepsi pernikahan akan Anda dapatkan sekitar 2 – 4 minggu sebelum Hari H. Nah, dari situ Anda bisa memperkirakan ada berapa undangan yang akan Anda hadiri di bulan tersebut, termasuk mungkin undangan ulang tahun atau lainnya. Kemudian, susun daftarnya di sebuah kertas, dan tulis nilai amplop dan hadiah yang akan Anda berikan. Contohnya seperti dibawah ini:
Nama———————————–Nilai
Muklis (tetangga depan rumah)———-Rp 50.000
Dewi (teman senam)———————Rp 50.000
Anto (teman suami di kantor)———–Rp 100.000
Ultah Mertua (Voucher Dept. Store)—–Rp 100.000
Kelahiran sepupu (Buku)—————-Rp 30 ribu
Total Amplop & Hadiah bulan ini——–Rp 350.000,-
Mudah-mudahan beberapa tips di atas dapat membantu Anda.
Dikutip dari Tabloid NOVA No. 778/XV
Bagaimana menyusun anggaran keuangan keluarga? Ini salah satu pertanyaan yang dicari dan terkadang tidak semua…
Ada hal terpenting yang bisa dilakukan untuk mengelola uang, yaitu dengan membuat anggaran keuangan pribadi.…
Agar menjadi investor / trader saham sukses, Anda harus mengerahkan upaya maksimal untuk mencapainya. Investor…
Tak banyak yang mengetahui tentang rahasia kebebasan finansial. Banyak orang beranggapan bahwa bebas secara finansial…
Apabila Anda ingin mengontrol pengeluaran dan mencapai tujuan finansial Anda, maka dibutuhkan anggaran keuangan. Bagaimana…
Ingin menjadi pengusaha sukses? Bisa jadi ini idaman bagi sebagian orang yang bercita-cita menjadi wirausaha.…