Banyak yang mencari informasi tentang rasio arus kas untuk berbagai keperluan, seperti orang-orang yang bergerak di bidang finansial / keuangan, bisnis, kreditur, akademisi, dan lain sebagainya.
Sebelum membahas lebih jauh tentang rasio arus kas atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Cash Flow Ratio, akan lebih tepat jika kita mendefinisikannya terlebih dahulu.
Apakah yang dimaksud dengan rasio arus kas ini?
Jika merujuk pada salah satu sumber buku Kamus Bisnis terbitan Canary, maka dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Arus kas dari operasi (cash flow from operation) yang menunjukkan pendapatan suatu bisnis / usaha dalam bentuk uang tunai. Penggunaan rasio arus kas menunjukkan sejauh mana pendapatan bersih (net income) ditopang oleh sumber daya yang likuid. Investasi ulang uang tunai ke dalam suatu bisnis menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memposisikan diri bagi pertumbuhan perusahaan kelak.”
Setelah mengetahui definisinya, pertanyaan selanjutnya, bagaimanakah cara menghitungnya?
Secara sederhana cara menghitung arus kas perusahaan dapat dijabarkan dalam uraian berikut ini.
1. Arus kas dari operasi dihitung sebagai berikut:
Net income
- Ditambah: Biaya non-kas (misalnya, penyusutan, amortisasi)
- Dikurangi: Pendapatan non-kas (misalnya, amortisasi atas pendapatan yang tertunggak)
Arus kas dari operasi
2. Perhitungan ini diikuti dengan menganalisis arus kas dari operasi terhadap net income:
(Arus kas dari operasi : Net income)
3. Perhitungan ketiga diperoleh dengan menyertakan arus kas yang dihasilkan dari operasi dikurangi pembayaran tunai untuk membayar hutang pokok, dividen dan belanja modal.
4. Cash reinvestment ratio (rasio investasi ulang uang tunai) ditentukan dengan mengidentifikasi uang tunai yang dimanfaatkan (cash employed) dan uang tunai yang diperoleh (cash obtained)
- Cash employed = peningkatan kotor dari pabrik dan peralatan + peningkatan bersih modal kerja
- Cash obtained = Laba sesudah pajak ditambah penyusutan
5. Cash investment ratio dihitung sebagai berikut,
Cash employed : Cash obtained
6. Cash flow coverage ratio (rasio penutupan arus kas) dihitung sebagai berikut,
(Laba usaha bersih + biaya sewa + penyusutan) : (bunga + biaya sewa + [dividen saham preferen / (1-tarif pajak)] – [pembayaran pinjaman pokok/(1-tarif pajak)]
Berikut contoh laporan laba rugi suatu perusahaan yang diringkas dan berkaitan dengan analisa arus kas adalah sebagai berikut.
Penjualan (sales) | $1.000.000 |
---|---|
Dikurangi: Harga pokok penjualan | $300.000 |
Marjin Kotor | $700.000 |
Dikurangi: Biaya operasional | |
Gaji | $100.000 |
Sewa | $200.000 |
Telepon | $50.000 |
Penyusutan | $80.000 |
Biaya amortisasi | $60.000 |
Biaya Operasional Total | $490.000 |
Laba sebelum pendapatan lain-lain | $210.000 |
Pendapatan dan biaya lain-lain | |
Biaya bunga | $70.000 |
Amortisasi dari pendapatan yang ditangguhkan (deferred revenue) | $40.000 |
Pendapatan dan biaya lain-lain total | $30.000 |
Laba bersih | $180.000 |
Rasio arus kas dari operasi terhadap laba bersih adalah 1,55. Dengan perhitungan sebagai berikut:
Arus kas dari operasi | |
---|---|
Laba bersih | $180.000 |
Ditambah: | |
Biaya non-kas: | |
Penyusutan | $80.000 |
Biaya amortisasi | $60.000 |
$140.000 | |
Dikurangi pendapatan non-kas | |
Amortisasi dari deferred revenue | ($40.000) |
Arus kas dari operasi | $280.000 |
Arus kas dari operasi : Laba bersih = $280.000 : $180.000 = 1,55
Siapa saja yang menggunakan rasio arus kas ini?
Jajaran manajemen keuangan. Laba akan memiliki kualitas yang lebih tinggi jika didukung dengan uang tunai, karena uang tunai dapat digunakan untuk membayar hutang, membeli aktiva tetap, dan lain sebagainya.
Cash reinvestment ratio yang tinggi menunjukkan bahwa uang tunai yang digunakan dalam bisnis semakin banyak.
Kreditur Jangka Pendek. Suatu perusahaan dengan persentase yang tinggi dari cash earning dihasilkan dari dalam perusahaan, memiliki likuiditas yang lebih baik.
Referensi: Investopedia.com