Jika Anda memasuki dunia investasi saham, perlu memahami dengan baik terminologi saham, salah satunya stock split. Apa itu stock split? Berikut artikel yang menjelaskan tentang hal tersebut.
Apa itu Stock Split?
Secara sederhana, stock split dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pemecahan saham. Pemecahan saham ini merupakan tindakan korporasi yang mana perusahaan membagi sahamnya menjadi beberapa bagian saham. Hal ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan likuiditas saham perusahaan tersebut.
Walaupun jumlah saham yang beredar meningkat dengan kelipatan tertentu, nilai total rupiah saham tetap sama dibandingkan sebelum pre-split. Ini disebabkan pemecahan tersebut tidak menambah nilai real-nya.
Rasio pemecahan paling umum yakni 2:1 atau 3:1. Ini berarti pemegang saham akan mempunyai 2 atau 3 saham, masing-masing untuk setiap saham yang dimiliki sebelumnya.
Bagaimana Cara Kerja Stock Split?
Seperti telah dijelaskan sebelumnya tentang apa itu stock split, pada dasarnya perusahaan memilih untuk memecah sahamnya bertujuan agar dapat menurunkan harga perdagangan saham di kisaran yang dianggap nyaman oleh sebagian besar investor. Selain itu, pemecahan saham juga bisa meningkatkan likuiditas saham tersebut.
Psikologis manusia, dalam hal ini investor, akan jauh lebih nyaman membeli, katakanlah, 100 saham dengan harga saham $10 daripada membeli 10 saham dengan harga saham $100. Jadi, ketika harga saham suatu perusahaan meningkat secara substansial, mayoritas perusahaan publik akan mengumumkan stock split di beberapa poin. Hal ini untuk mengurangi harga menuju ke harga perdagangan yang lebih populer bagi investor.
Walaupun jumlah saham yang beredar meningkat saat stock split, nilai total rupiah dari saham tetaplah sama dibandingkan jumlah pre-split. Ini karena pemecahan tidak menambah nilai nyatanya.
Saat pemecahan saham ini dieksekusi, harga saham akan disesuaikan secara otomatis di pasar. Dewan direksi perusahaan membuat keputusan untuk melakukan stock split dengan beberapa cara. Sebagai contoh, pemecahan saham bisa saja 2:1, 3:1, 5:1, 10:1, dan seterusnya.
Pemecahan saham 3:1 ini berarti setiap satu saham yang dipegang oleh investor akan menjadi 3 saham. Dengan kata lain, jumlah saham yang beredar di pasar akan berlipat tiga. Pada sisi lain, harga per saham setelah stock split terjadi akan dikurangi dengan membagi harganya menjadi tiga. Dengan cara ini, nilai keseluruhan perusahaan, diukur dengan kapitalisasi pasar, akan tetap sama.
Kapitalisasi pasar dihitung dengan mengalikan jumlah total saham yang beredar dengan harga per saham. Sebagai contoh, asumsikan perusahaan XYZ memiliki 20 juta saham yang beredar dan saham diperdagangkan pada harga $ 100/lembar.
Kapitalisasi pasarnya adalah 20 juta saham x $ 100 = $ 2 miliar. Katakanlah dewan direksi perusahaan memutuskan untuk membagi saham tersebut 2:1. Tepat setelah pemecahan diberlakukan, jumlah saham yang beredar akan berlipat ganda menjadi 40 juta. Sementara itu, harga saham akan dikurangi menjadi $ 50. Kapitalisasi pasar tidak berubah yaitu 40 juta saham x $ 50 = $ 2 miliar.
Alasan Dibalik Stock Split
Menjadi pertanyaan selanjutnya setelah memahami apa itu stock split adalah mengapa perusahaan harus melakukan pemecahan saham? Apa alasan perusahaan rela untuk melalui kerumitan dan biaya untuk melakukan stock split tersebut?
Ada beberapa alasan bagus yang mendasarinya. Pertama, pemecahan saham dilakukan umumnya saat harga saham cukup tinggi sehingga mahal bagi investor untuk membeli lot standar 100 saham. Misalkan, perusahaan Apple Inc. pada tahun 2014 melakukan stock split 7:1 saat harga sahamnya telah naik hampir mencapai $700 / lembarnya.
Dewan direksi perusahaan Apple memperkirakan bahwa harga saham terlalu tinggi bagi investor ritel rata-rata. Oleh karena itu, perusahaan memutuskan melakukan pemecahan saham dengan tujuan agar saham dapat diakses lebih mudah bagi pemegang saham potensial secara luas.
Harga saham ditutup di harga $645 sehari sebelum stock split dilakukan. Pada pembukaan pasar, saham Apple tersebut diperdagangkan pada harga sekitar $92, harga yang telah disesuaikan setelah stock split 7:1 dilakukan.
Alasan kedua, semakin tinggi jumlah saham yang beredar maka bisa menghasilkan likuiditas yang lebih besar untuk saham tersebut. Hal ini bisa memfasilitasi perdagangan dan mempersempit adanya spread bid-ask.
Peningkatan likuiditas saham dapat membuat perdagangan saham jauh lebih mudah bagi penjual dan pembeli. Likuiditas bisa memberikan tingkat fleksibilitas yang tinggi bagi investor. Mereka dapat jual beli saham di perusahaan tersebut tanpa berdampak signifikan terhadap harga saham.
Pada teorinya, pemecahan saham seharusnya tidak mempengaruhi harga saham, meningkatkan minat bagi investor baru, yang bisa berdampak positif bagi harga saham. Akan tetapi, efek ini dapat bersifat sementara. Faktanya, pemecahan saham oleh perusahaan-perusahaan blue chip merupakan cara terbaik bagi investor rata-rata untuk mengakumulasi peningkatan jumlah sahamnya di perusahaan tersebut.
Banyak perusahaan terbaik secara rutin melebihi tingkat harganya setelah memecah sahamnya, sehingga perusahaan ini melakukan stock split kembali. Sebagai contoh, perusahaan Walmart telah memecah sahamnya sebanyak 11 kali dengan basis 2:1 saat go public dari Oktober 1970 hingga Maret 1999.
Investor yang memiliki 100 saham pada penawaran umum perdana (IPO) Walmart akan memperkirakan sahamnya berkembang menjadi 204.800 lembar selama 30 tahun ke depan.