Perbedaan Saham dan Obligasi: Penjelasan Lengkap

0 444

Ya, saham dan obligasi pastinya memiliki perbedaan mendasar. Keduanya merupakan detak jantung di banyak pasar uang, domestik dan internasional. Apakah Anda ingin melakukan perdagangan sekuritas tersebut? Lalu, apa sebenarnya perbedaan saham dan obligasi? Mana yang perlu dipilih?

Perbedaan Saham dan Obligasi

Secara sederhana, obligasi merupakan hutang sedangkan saham adalah kepemilikan di sebuah perusahaan. Disebabkan oleh karakter pasar saham, saham itu sendiri sering kali memiliki risiko jangka pendek. Hal ini karena jumlah uang yang bisa dihilangkan oleh investor dalam semalam. Akan tetapi, untuk jangka panjang secara historis, saham terbukti sangat berharga.

Pada sisi lainnya, obligasi sering kali dioperasian dengan suku bunga tetap, pembelian entitas dari investor. Obligasi seringkali membayar suku bunga tahunan kepada investor dan membayar jumlah pokok penuh pada waktu tertentu. Karena alasan ini, obligasi pada umumnya dianggap sebagai investasi teraman untuk jangka pendek atau bagi investor baru.

Tak hanya itu, perbedaan saham dan obligasi juga pada aspek penjualannya. Saham dijual di berbagai bursa saham dunia, seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), dll. Pasar saham tersebut diatur oleh otoritas terkait, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia, atau Securities and Exchanges Commission (SEC) di Amerika Serikat.

Untuk obligasi, pada umumnya tidak dijual di bursa utama seperti saham. Akan tetapi, biasanya obligasi dijual di over-the-counter (OTC), contohnya di bank-bank yang bekerjasama.

Banyak penasihat / ahli keuangan atau investasi menyarankan investor untuk melakukan diversifikasi portofolio investasi antara saham dan obligasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan campuran antara imbal hasil tinggi dan risiko rendah.

Apa itu Saham? Ini Penjelasannya Lengkapnya.

Mudahnya, saham merupakan kepemilikan di sebuah perusahaan yang dijual dengan imbalan uang tunai. Saham merupakan sekuritas di perusahaan tersebut, biasanya disebut juga sebagai ekuitas atau share.

Jika sebuah perusahaan ingin menjual sahamnya untuk pertama kali (disebut sebagai Initial Public Offering – IPO), maka perusahaan tersebut memutuskan untuk menjual sejumlah tertentu kepemilikan saham di perusahaannya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan imbalan uang tunai dari investor.

Selanjutnya, investor tersebut akan memiliki bagian kepemilikan dalam perusahaan dan dapat menjual atau memperdagangkan sahamnya di pasar saham. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan (atau sebaliknya mendapatkan kerugian jika perusahaan memiliki kinerja buruk).

Selain itu, jika investor membeli saham di perusahaan tertentu, maka mereka sebenarnya membeli klaim atas pendapatan dan aset perusahaan tersebut.

Kepemilikan pemegang saham ditentukan oleh banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh investor berbanding semua saham beredar. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan menerbitkan 10.000 saham dan seorang investor membeli 1.000 saham, maka investor ini memiliki 10% aset perusahaan tersebut.

Kinerja saham seringkali diluar pengembalian nominal. Hal ini dinyatakan sebagai laba atau rugi bersih atas investasi. Contohnya, investor membeli saham di harga $100 per lembarnya, dan menjual pada harga $120 per sahamnya, maka investor tersebut mendapatkan pengembalian nominal $20.

Perusahaan dapat membayar keuntungan kepada investor melalui dividen, biasanya dibayarkan setiap triwulan. Akan tetapi, tidak semua perusahaan yang menguntungkan membayar dividen.

Saham secara umum telah menghasilkan sekitar 10% setiap tahunnya, dibandingkan dengan obligasi 5% hingga 6%.

Saham dapat dibeli di bursa / pasar saham seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), NYSE, Nasdaq, dll. Biasanya, saham ini diperdagangkan melalui pialang / broker dan ada biaya yang dibebankan.

Saham Biasa vs. Saham Pilihan

Ada dua jenis saham utama, yaitu common stock (saham biasa) dan preferred stock (saham pilihan / preferen). Bagi pemegang saham preferen akan menerima pembayaran dan dividen sebelum investor yang memiliki saham biasa di sebuah perusahaan.

Pada intinya, investor pemegang saham preferen, mempunyai klaim lebih tinggi atas pembayaran aset pertama perusahaan. Biasanya, pemegang saham biasa tidak memiliki jaminan pembayaran.

Investor yang memiliki saham biasa, umumnya memiliki hak suara pada rapat umum pemegang saham dan mungkin mendapatkan dividen. Sementara itu, pemilik saham preferen menerima dividen, tetapi tidak selalu memiliki hak suara. Pemilik saham preferen juga mendapatkan prioritas apabila perusahaan tersebut bangkrut.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang perbedaan antara saham biasa dan saham preferen, bisa dibaca disini.

Plus Minus Saham

Kelebihan utama dalam berinvestasi saham dibandingkan obligasi, berdasarkan historis, adalah saham cenderung memberikan imbal hasil lebih tinggi, khususnya jangka panjang.

Selain itu, saham juga menawarkan tingka pengembalian yang lebih baik apabila pertumbuhan perusahaan bersifat eksponensial. Ini akan menghasilkan keuntungan bagi investor lebih tinggi, walaupun investasi awal kecil. Bagi investor yang mau mengambil risiko, saham bisa membayar lebih dibandingkan obligasi sebagai imbal hasil karena saham perusahaan dapat meningkat terus.

Akan tetapi, saham tidak selalu merupakan pilihan yang terbaik. Ada kekurangan yang juga perlu dipahami. Saham tidak menjanjikan pengembalian di masa depan atas investasi awal.

Pasar saham tidak dapat diprediksi dengan mudah. Bisa saja, Anda kehilangan uang dengan mudahnya saat berinvestasi di saham yang salah. Oleh karena itu, saham dianggap memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan obligasi.

Memahami Obligasi Lebih Lanjut

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, saham merupakan kepemilikan saham di perusahaan. Di sisi lain, obligasi merupakan utang yang perusahaan / entitas bayarkan kepada investor dan juga membayar bunga investor atas utang tersebut.

Pada dasarnya, obligasi adalah nota kesepahaman (IOU) yang ditandatangani oleh perusahaan dan investor. Perusahaan akan membayar kembali uang yang dipinjamkan investor secara penuh, ditambah pembayaran bunga reguler.

Obligasi dapat diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah (obligasi pemerintah), dan biasanya dianggap sebagai pilihan yang berisiko lebih rendah dibanding saham.

Pembuatan / penerbitan obligasi oleh perusahaan, pemerintah atau pun entitas lainnya, dalam rangka mengumpulkan uang untuk pembiyaan proyek, pengembangan, atau pertumbuhan. Entitas tersebut lebih memilih investor daripada bank untuk mendapatkan pinjaman.

Obligasi merupakan investasi pendapatan tetap, biasanya menggunakan rate bunga dan jumlah waktu tetap. Entitas akan membayar kembali uang tersebut ditambah bunga kepada kreditur pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu, obligasi seringkali disebut sebagai sekuritas pendapatan tetap, sehingga lebih bisa dijamin daripada investasi saham.

Sebagai contoh, seorang investor memiliki kupon obligasi dengan tingkat bunga tetap sebesar 5% dengan nominal $10.000. Investor tersebut akan menerima bunga tahunan $500 sebagai pemegang obligasi. Walaupun suku bunga sedang turun, kupon obligasi tetap menggunakan rate bunga tetap 5%.

Obligasi bisa saja diperdagangkan melalui bursa, seperti obligasi pemerintah dan korporasi. Akan tetapi, biasanya lebih banyak diperdagangan diluar bursa (over-the-counter).

Plus Minus Obligasi

Perbedaan saham dan obligasi terletak pada kelebihan obligasi yaitu risiko lebih rendah. Hal ini disebabkan tingkat bunga obligasi tetap pada pinjamannya.

Selain itu, obligasi dengan suku bunga tetap dapat bertahan terhadap perubahan fluktuasi suku bunga dalam perekonomian. Ini menjadikan obligasi sebagai aset yang diinginkan untuk dimiliki pada waktu yang tidak pasti.

Sisi lain, kekurangan dari obligasi adalah tidak memiliki potensi pendapatan sebesar saham.

Tabel Perbedaan Saham dan Obligasi Secara Umum

SAHAMOBLIGASI
Diterbitkan sebagai kepemilikan atas / dalam perusahaan.Diterbitkan sebagai hutang.
Klaim untuk aset perusahaan dan pendapatan yang seringkali investor mendapatkan dividen dan hak suara.Hutang yang ditujukan kepada investor untuk mendapatkan uang tunai. Pembayaran berupa bunga / kupon.
Diperjualbelikan di bursa utama, seperti BEI.Biasanya, diperdagangkan diluar bursa (over-the-counter), seperti bank.
Berisiko tinggi, sepadan dengan potensi imbal hasil yang juga tinggi.Risiko lebih rendah, imbal hasil juga rendah.
Secara historis, rata-rata menghasilkan 10% tiap tahunnya.Secara historis, menghasilkan rata-rata 6% per tahun.
Diterbitkan oleh perusahaan di bursa saham, sebagai IPO.Bisa diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah, atau entitas lain.
Loading...
Sumber www.thestreet.com
Tinggalkan komentar