Dalam istilah ekonomi dan keuangan, ada yang disebut sebagai deflasi. Apa itu deflasi? Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi? Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan karenanya? Berikut uraian lengkapnya.
Apa itu Deflasi?
Secara umum, deflasi dapat didefinisikan sebagai penurunan umum harga barang dan jasa yang terjadi saat tingkat inflasi turun di bawah 0%. Terjadinya deflasi secara alami saat jumlah uang yang beredar suatu perekonomian ditetapkan.
Pada kondisi ini, daya beli mata uang dan upah lebih tinggi dari yang seharusnya. Sedikit berbeda tetapi ada kemiripan dengan deflasi harga, yaitu penurunan umum pada tingkat harga.
Penjelasan Lanjut tentang Apa itu Deflasi
Akibat dari deflasi menyebabkan biaya nominal modal, barang dan jasa, tenaga kerja menjadi lebih rendah jika jumlah uang beredar tidak menyusut. Sementara itu, deflasi harga seringkali merupakan efek samping dari deflasi moneter yang kondisi ini tidak selalu terjadi.
Selama beberapa dekade ini, deflasi merupakan fenomena yang populer di kalangan ekonom. Salah satu ekonom dunia, Milton Friedman, berpendapat bahwa dibawah kebijakan optimal, yaitu saat bank sentral mencari tingkat deflasi sama dengan tingkat bunga riil di obligasi pemerintah, rate nominal harus nol dan rate harga harus turun terus pada rate riil bunga. Pendapat teori tersebut melahirkan kebijakan moneter aturan Friedman.
Apa Saja Penyebab Deflasi?
Setelah mengetahui tentang apa itu deflasi, maka kita perlu memahami juga faktor-faktor penyebabnya. Secara definitif, terjadinya deflasi moneter hanya bisa disebabkan oleh penurunan pasokan uang atau instrumen keuangan yang bisa ditukar dengan uang. Pada zaman modern, jumlah uang beredar mayoritas dipengaruhi oleh bank sentral, seperti Bank Indonesia.
Periode deflasi secara umum terjadi pasca periode panjang ekspansi moneter buatan. Salah satu contoh kasus periode deflasi terjadi pada awal 1930-an yang dialami oleh negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Terjadinya kasus deflasi tersebut karena jatuhnya jumlah uang yang beredar menyusul terjadinya kegagalan dahsyat bank-bank saat itu. Di negara lain seperti Jepang, telah terjadi deflasi pada zaman modern, yakni pada tahun 1990-an.
Secara umum, penyebab deflasi karena beberapa faktor. Akan tetapi, penyebab umum deflasi karena dua faktor ini, yaitu penurunan permintaan agregat (pergeseran ke kiri di kurva permintaan agregat) dan juga karena peningkatan produktivitas.
Terjadinya penurunan permintaan agregat biasanya akan menghasilkan harga lebih rendah berikutnya. Bergesernya permintaan tersebut termasuk berkurangnya pengeluaran pemerintah, gagalnya pasar saham, keinginan konsumen untuk peningkatan tabungan, dan kebijakan moneter yang ketat (suku bunga lebih tinggi).
Terkait faktor peningkatan produktivitas, perusahaan beroperasi lebih efisien seiring dengan semakin majunya teknologi. Perbaikan operasional ini mengarah pada biaya produksi yang lebih rendah dan penghematan biaya yang ditransfer ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih rendah.
Terjadinya deflasi harga karena peningkatan produktivitas sedikit berbeda pada industri tertentu. Sebagai contoh, pertimbangkan tentang peningkatan produktivitas yang memengaruhi sektor teknologi.
Di beberapa dekade terakhir, peningkatan teknologi telah menghasilkan pengurangan signifikan terkait biaya rata-rata per gigabyte data. Perbandingannya, pada tahun 1980-an, biaya rata-rata satu gigabyte data sekitar $437.500 sedangkan pada tahun 2010, biaya rata-rata hanya 3 sen.
Terjadinya pengurangan tersebut juga menyebabkan harga produk manufaktur yang memanfaatkan teknologi tersebut ikut turun.
Mengubah Pandangan tentang Dampak Deflasi
Saat terjadinya Great Depression, ketika deflasi moneter bertepatan dengan pengangguran yang tinggi dan meningkatnya kegagalan, sebagian besar ekonom percaya deflasi adalah fenomena yang merugikan. Setelah itu, sebagian besar bank sentral menyesuaikan kebijakan moneter untuk mendorong peningkatan yang konsisten dalam jumlah uang beredar. Bahkan, kebijakan tersebut mendorong inflasi harga lebih parah dan mendorong para debitor untuk meminjam terlalu banyak.
Baru-baru ini, para ekonom semakin menantang pemahaman lama tentang deflasi, terutama pascastudi tahun 2004 yang dilakukan oleh ekonom Andrew Atkeson dan Patrick Kehoe.
Setelah meninjau 17 negara dalam rentang waktu 180 tahun, Atkeson dan Kehoe menemukan 65 dari 73 episode deflasi tanpa penurunan ekonomi. Sementara itu, 21 dari 29 depresi tidak mengalami deflasi. Sekarang ada berbagai pendapat tentang manfaat deflasi dan deflasi harga.
Perubahan Deflasi Utang dan Pembiayaan Ekuitas
Deflasi akan membuat kurangnya efisiensi (keekonomisan) bagi bisnis, pemerintah, dan konsumen dalam penggunaan pembiayaan utang. Akan tetapi, deflasi dapat meningkatkan kekuatan ekonomi pembiyaan ekuitas yang berbasis tabungan.
Dari sudut pandang investor, perusahaan yang mengakumulasi cadangan uang tunai yang besar atau yang memiliki hutang relatif sedikit lebih atraktif saat deflasi. Sebaliknya, terjadi indebted businesses yang tinggi pada bisnis yang memegang sedikit uang tunai. Deflasi juga mendorong kenaikan imbal hasil dan meningkatkan premi risiko yang diperlukan pada sekuritas.