Salah satu perhitungan dalam keuangan adalah bagaimana mengetahui tentang net present value (NPV). Berikut rumus Net Present Value (NPV) dan cara menghitungnya.
Apa itu Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara nilai sekarang untuk arus kas yang masuk dan nilai sekarang untuk arus kas yang keluar selama periode waktu tertentu. Rumus Net Present Value (NPV) dipergunakan untuk penganggaran modal dalam menganalisis profitabilitas dari proyek atau investasi yang diproyeksikan.
Berikut ini adalah rumus net present value (NPV):
Dalam persamaan ini, memiliki penjelasan sebagai berikut:
- Ct = arus kas bersih selama periode t
- Co = total biaya investasi awal
- r = tingkat diskonto
- t = jumlah periode waktu
Nilai arus kas bersih saat ini yang positif menunjukkan bahwa profit / laba proyeksi yang dihasilkan oleh sebuah proyek / investasi melebihi biaya yang diantisipasi. Pada umumnya, investasi dengan hasil NPV positif akan menguntungkan. Sebaliknya, investasi NPV negatif akan menghasilkan kerugian bersih.
Konsep ini merupakan dasar dari aturan NPV yang menyatakan bahwa satu-satunya investasi yang harus dilakukan adalah yang memiliki nilai NPV positif. Apabila investasi yang dimaksud itu adalah merger / akuisisi, seseorang bisa juga menggunakan metrik Arus Kas Diskon (Discounted Cash Flow).
Terlepas dari rumus Net Present Value (NPV) itu sendiri, nilai dari NPV dapat dihitung dengan menggunakan tabel, spreadsheet seperti Ms. Excel atau kalkulator NPV.
Penerapan Rumus Net Present Value dan Contoh Kasus Serta Perhitungannya
Menentukan nilai dari proyek / investasi memang menantang karena ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengukur nilai arus kas masa depan. Karena nilai waktu dari uang, maka uang di masa sekarang bernilai lebih dari jumlah yang sama di masa depan. Hal ini terjadi karena pengaruh inflasi.
Dengan kata lain, uang yang dihasilkan di masa depan tidak akan memiliki nilai sebanyak yang dihasilkan saat ini. Unsur tingkat diskonto rumus net present value (NPV) merupakan cara untuk memperhitungkan hal tersebut.
Perusahaan seringkali mempunyai cara yang berbeda dalam mengidentifikasi rate diskonto. Ada metode umum yang dipergunakan dalam menentukan rate diskonto, termasuk menggunakan return yang diharapkan dari opsi investasi lain dengan tingkat risiko yang sama. Atau juga biaya yang terkait dengan pinjaman uang yang dibutuhkan untuk membiayai proyek.
Suatu contoh, apabila bisnis pakaian ritel ingin membeli toko yang sudah ada, maka pertama yang dilakukan adalah memperkirakan arus kas yang akan dihasilkan oleh toko di masa depan. Lalu, mendiskon arus kas tersebut menjadi satu kali jumlah nilai sekarang, katakan $500.000.
Jika si pemilik toko bersedia untuk menjual bisnisnya dengan harga kurang dari $ 500.000, maka pembeli mungkin akan menerima tawaran tersebut karena menunjukkan hasil investasi NPV positif.
Apabila pemilik setuju menjual tokonya seharga $300.000, maka investasi tersebut akan menghasilkan laba bersih $200.000 selama periode investasi yang dihitung. Nilai $200.000 yang merupakan keuntungan bersih dari investasi, disebut sebagai nilai intrinsik investasi.
Sebaliknya, apabila pemilik toko tidak akan menjual tokonya dengan harga kurang dari $500.000, maka pembeli tidak akan membeli toko tersebut. Mengapa? Karena akuisisi memberikan data NPV yang negatif pada waktu itu. Hal tersebut akan mengurangi nilai keseluruhan dari perusahaan pakaian yang lebih besar.
Mari kita melihat contoh kasus tersebut memiliki kecocokan dengan rumus Net Present Value (NPV) di atas. Nilai uang sekarang sebesar $500.000 merepresentasikan bagian dari formulasi antara tanda sama dan tanda minus.
Jumlah yang diterima bisnis pakaian ritel untuk toko merepresentasikan Co. Kurangi Co dari $500.000 untuk mendapatkan NPV: jika Co kurang dari $500.000, NPV yang dihasilkan bernilai positif. Jika Co lebih dari $500.000, NPV akan negatif dan bukan merupakan investasi menguntungkan.
Kekurangan dari Net Present Value (NPV) dan Alternatifnya
Ada satu masalah utama jika ingin mengukur profitabilitas investasi dengan menggunakan rumus Net Present Value. NPV sangat tergantung kepada beragam asumsi dan perkiraan sehingga terdapat banyak ruang bagi kesalahan.
Beberapa faktor estimasi seperti biaya investasi, rate diskonto, dan pengembalian yang diproyeksikan. Sebuah proyek / investasi seringkali terdapat pengeluaran yang tak terduga dan mungkin ada pengeluaran tambahan di akhir proyek.
Selain itu, rate diskonto dan perkiraan arus kas masuk mungkin saja tidak inheren memperhitungkan risiko yang terkait dengan proyek / investasi tersebut. Dan dapat diasumsikan arus kas masuk maksimal selama periode investasi. Hal ini dapat terjadi dalam rangka meningkatkan kepercayaan investor secara formalitas.
Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut mungkin perlu disesuaikan untuk memperhitungkan biaya / kerugian tak terduga atau pun proyeksi arus kas masuk yang terlalu optimis.
Payback period / payback method merupakan metrik populer yang juga sering digunakan sebagai alternatif dari NPV. Payback period jauh lebih sederhana daripada NPV, khususnya mengukur waktu yang dibutuhkan setelah investasi dalam rangka menutup biaya awal investasi tersebut.
Tidak seperti formulasi NPV, Payback Period gagal dalam memperhitungkan nilai waktu dari uang. Dengan dasar tersebut, penggunaan formulasi Payback Period untuk investasi jangka panjang berpotensi terjadinya ketidaktepatan yang lebih besar. Hal ini terjadi karena mencakup waktu yang lebih panjang sehingga inflasi dapat terjadi dan membelokkan laba yang diproyeksikan.
Kekurangan lain dari Payback Period adalah terbatas pada jumlah waktu yang dibutuhkan dalam mendapatkan kembali biaya investasi awal. Oleh karena itu, rumus Payback Period juga gagal dalam memperhitungkan profitabilitas investasi setelah investasi tersebut mencapai akhir periode pengembalian.
Juga bisa terjadi tingkat pengembalian investasi akan mengalami penurunan yang tajam, peningkatan tajam, atau diantara keduanya. Perbandingan periode pengembalian modal investasi, tidak selalu menghasilkan gambaran yang akurat dari profitabilitas investasi tersebut.
NPV vs. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan metrik lain yang digunakan sebagai alternatif dari NPV. Formulasi IRR sangat bergantung pada rumus yang sama seperti NPV dengan sedikit penyesuian.
Perhitungan IRR mengasumsikan NPV netral (nilai nol) dan memecahkan rate diskonto. Rate diskonto investasi bila NPV nol adalah IRR investasi yang dasarnya mewakili tingkat pertumbuhan yang diproyeksikan untuk investasi tersebut.
Karena IRR selalu dihitung secara tahunan (mengacu pada laba yang diproyeksikan setiap tahun), sehingga memungkinkan untuk membandingkan secara sederhana berbagai tipe investasi.
Sebagai contoh, IRR dapat digunakan dalam membandingkan tingkat profitabilitas yang diantisipasi dari investasi / proyek 3 tahun untuk investasi 10 tahun karena muncul sebagai angka dalam setahun.
Jika keduanya memiliki IRR 18%, maka investasi dalam hal-hal tertentu sebanding terlepas dari perbedaan durasinya. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk NPV.
Tidak seperti IRR, NPV ada sebagai nilai tunggal yang menerapkan keseluruhan periode investasi yang diproyeksikan. Jika periode investasi lebih lama dari satu tahun, NPV tidak akan memperhitungkan tingkat pendapatan dengan perbandingan yang mudah.
Kembali ke contoh sebelumnya, investasi 10 tahun bisa memiliki NPV lebih tinggi daripada investasi tiga tahun. Akan tetapi, hal ini belum memberikan informasi yang membantu.