Setiap investor dalam berinvestasi memiliki rentang toleransi dalam risiko yang harus dihadapinya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan toleransi risiko investasi tersebut? Berikut ulasannya.
Apa itu Toleransi Risiko (Risk Tolerance)
Risk Tolerance merupakan tingkat variabilitas imbal hasil (return) investasi yang bersedia ditanggung oleh investor. Toleransi risiko adalah faktor penting dalam berinvestasi. Jika Anda hendak berinvestasi, maka harus memiliki pemahaman yang realistis tentang kemampuan dan juga harapan Anda dalam menggerakkan lompatan besar dari nilai investasi Anda.
Apabila Anda terlalu banyak mengambil risiko, bisa jadi akan panik dan melakukan penjualan aset pada momen yang kurang tepat.
Penjelasan Lebih Lanjut tentang Risk Tolerance
Ada banyak penilaian tentang toleransi risiko bagi seorang investor, seperti survei atau kuesioner terkait risiko investasi. Sebagai seorang investor, Anda mungkin ingin melakukan peninjauan kembali imbal hasil berbagai kelas aset. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masukan / ide tentang seberapa besar uang yang rela Anda korbankan (berpotensi untuk rugi), apabila investasi Anda mengalami tahun-tahun buruk.
Faktor lainnya yang mempengaruhi tentang tingkat risk tolerance adalah horizon waktu (masa investasi) yang harus Anda investasikan, kapasitas pemasukan Anda di masa depan, hadirnya aset lain seperti properti, pensiun, warisan, atau jaminan sosial.
Sederhananya, Anda dapat mengambil risiko yang jauh lebih besar terkait aset yang diinvestasikan saat memiliki sumber dana lain yang lebih stabil.
Macam-macam Risk Tolerance
1. Toleransi Risiko Agresif
Bagi seorang investor yang agresif memiliki kecenderungan memahami pasar lebih baik. Investor ini memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang sekuritas, seperti saham, obligasi, forex, dll. Individu atau investor institusional cenderung membeli instrumen yang sangat mudah untuk berubah, misalkan membeli saham perusahaan kecil yang dapat jatuh menjadi nol atau pun kontrak opsi yang berpotensi berakhir tidak berharga.
Sambil mempertahankan basis sekuritas yang minim risiko, investor agresif mendapatkan pengembalian maksimum dengan risiko maksimum.
2. Toleransi Risiko Medium / Sedang
Investor moderat dapat menerima beberapa risiko terhadap aset yang utama, tetapi mengadopsi pendekatan yang seimbang untuk jangka waktu menengah (5-10 tahun).
Biasanya, investor jenis ini menggabungkan reksadana perusahaan besar dengan obligasi yang lebih tidak stabil serta sekuritas tanpa risiko. Investor moderat lebih memilih struktur alokasi asetnya 50/50.
Strategi yang paling umum digunakan adalah dengan melibatkan investasi setengah dari portofolio dalam pembayaran dividen, yaitu pertumbuhan aset.
3. Toleransi Risiko Konservatif
Bagi seorang investor konservatif, lebih memilih untuk menerima sedikit atau pun menghindari volatilitas dalam portofolio investasi mereka.
Salah satu contoh investor jenis ini adalah seorang pensiun yang telah menghabiskan puluhan tahun dalam membangun aset dan tidak bersedia untuk mengambil risiko terhadap aset utamanya. Seorang investor tipe konservatif lebih menargetkan kendaraan investasi yang dapat dijamin dan likuid.
Tipe investor individu yang meminimalkan atau menghindari risiko, lebih memilih portofolio semacam deposito bank, pasar uang, dll yang lebih terjamin pendapatan dan keamanan modalnya.